SIASAT KELELAWAR

"Integritas merupakan kekayaan yang bisa
dipakai untuk mengatasi kesulitan hidup
ini."

Perang meletus di planet ini! Bukan
perang Baratayuda! Bukan pula perang
Teluk! Perang itu terjadi antara bangsa
burung melawan bangsa binatang buas.
Saat pertempuran fajar hari itu,
burung-burung nyaris kalah. Lalu
kelelawar melihat gelagat bahwa mereka
akan kalah total. Ia menjauh dan
bersembunyi di balik pohon, dan berdiam
diri hingga pertempuran itu berakhir.


Lalu binatang-binatang buas meninggalkan
medan pertempuran, dan kelelawar ikut
bergabung bersama mereka! Setelah
beberapa saat para binatang buas itu
saling bertanya, “Lho, bukankah
kelelawar itu termasuk burung yang
bertempur melawan kita?”

Percakapan itu didengar kelelawar, ia
pun berkata, “Oh, tidak. Aku termasuk
bangsa kalian. Aku bukan bangsa burung.
Apa kalian pernah melihat burung bergigi
ganda? Kalian bisa periksa mulut
burung-burung itu, pasti tidak ada yang
bergigi ganda. Kalau kalian bisa
menemukan seekor burung saja yang
bergigi ganda, maka aku boleh kalian
tuduh sebagai burung. Tapi, kalau tidak,
itu artinya aku adalah sebangsa dengan
kalian, binatang buas!”

Binatang-binatang buas terdiam.
Dibiarkanlah kelelawar hidup di
perkampungan mereka. Perang sempat jeda,
sampai akhirnya tiba-tiba bangsa burung
menyerbu perkampungan binatang buas.
Binatang-binatang buas itu kalang kabut.
Pertempuran itu berlangsung tak lama.
Kelelawar hanya menyaksikan pertempuran
itu dari balik ranting-ranting pohon.
Berakhirlah perang itu dengan kemenangan
bangsa burung! Dan, kelelawar ikut
pulang ke perkampungan bangsa burung.
Saat para burung melihatnya, mereka
menegur kelelawar, “Hai, kamu itu musuh
kami. Kami melihat engkau bersama
binatang buas itu dan ikut melawan kami!”

“Tidak, kalian salah lihat!” kelelawar
mengelak. “Aku ini bangsa kalian. Apa
kalian buta dengan mengatakan aku
sebagai binatang buas? Apakah kalian
pernah melihat seekor binatang buas
memiliki sayap? Temukan seekor yang
bersayap, baru kalian bisa tuduh aku si
binatang buas!” gertak kelelawar.
Burung-burung tak lagi berkicau, mereka
diam dan membiarkan kelelawar membuat
sarangnya berdampingan dengan mereka.

Tak ada perang yang tak berakhir!
Pepatah itu ternyata berlaku untuk kedua
bangsa binatang itu. Mereka berdamai dan
sepakat mendirikan Persatuan Bangsa
Binatang. Dalam sidang perdana PBB itu,
mereka gunakan untuk membahas kelelawar.
Setelah sekian banyak prajurit
memberikan kesaksian, maka pimpinan
sidang PBB berkesimpulan: “Jadi,
kelelawar itu selalu berpindah-pindah
pihak selama peperangan berlangsung?
Siasat kelelawar itu benar-benar
menunjukkan bahwa dia itu cacat moral,
tercela sebagai binatang. Kelelawar
tidak memiliki integritas!”

Sidang PBB pun menjatuhkan vonis kepada
kelelawar, “Hai, kelelawar, kami akan
kenakan sanksi embargo kepadamu! Mulai
sekarang kamu hanya boleh terbang pada
malam hari. Kamu tidak akan pernah
mempunyai teman, baik mereka yang
terbang maupun yang berjalan!”

Kelelawar pun tertunduk lesu meratapi
nasibnya. Ia tidak pernah menyadari
bahwa integritas itu merupakan kekayaan
yang bisa dipakai untuk mengatasi
kesulitan hidup ini.

Sebab anda bukan pendeta

Seorang laki-laki sedang mengendarai
mobilnya ketika tiba-tiba saja mobilnya
mogok tepat di depan sebuah biara. Hari
sudah gelap dan biara itu berada di
sebuah pegunungan. Lelaki itu memutuskan
untuk masuk ke biara untuk meminta
pertolongan, maka diketuknya pintu biara
dan ia berkata kepada para pendeta yang
membukakan pintu: "maaf permisi, mobil
saya mogok, dan hari sudah malam, apakah
saya boleh menginap di sini satu malam
saja?"

Para pendeta itu dengan ramah
menyambutnya, menyediakan makanan,
bahkan memperbaiki mobilnya. Ketika si
lelaki itu sudah hampir tertidur,
tiba-tiba di dengarnya suara yang sangat
aneh. Keesokan paginya dia bertanya ke
para pendeta mengenai suara aneh yang
didengarnya semalam.
Tapi mereka berkata, "maaf kami tidak
dapat memberitahukan anda, sebab anda
bukan pendeta".

Si lelaki agak kecewa, tapi bagaimanapun
dia tetap berterima kasih dan kembali
meneruskan perjalanannya.

Beberapa tahun kemudian, lelaki yang
sama mengalami kejadian yang sama pula,
kendaraannya mogok di depan biara yang
sama. Para pendeta kembali menyambutnya
dengan sangat ramah, menyediakan makanan
dan memperbaiki mobilnya, ketika si
lelaki hampir tertidur, dia kembali
mendengar suara aneh yang sama seperti
yang di dengarnya beberapa tahun lalu.

Maka keesokan paginya lelaki itu kembali
bertanya pada para pendeta, dan kembali
pula pendeta-pendeta itu berkata, "maaf
kami tidak dapat memberitahukan anda,
sebab anda bukan pendeta".

Si lelaki benar-benar penasaran, lalu
dia menjawab, "okey .....okey saya sudah
tidak tahan lagi, kalau satu-satunya
cara untuk tahu suara apa yang saya
dengar itu adalah dengan menjadi
pendeta, baiklah, tolong beritahu saya
bagaimana caranya menjadi pendeta!"

Salah seorang Pendeta menjawab, "Kamu
harus berkeliling dunia dan
sekembalinya, kamu harus bisa
memberitahu kami berapa persisnya jumlah
daun dan jumlah butiran pasir di bumi
ini, jika kamu sudah berhasil
mendapatkan jumlah itu, maka kamu akan
menjadi pendeta."

Maka si lelaki itu melaksanakan
tugasnya, setelah empat puluh lima
tahun, dia kembali dan mengetuk pintu
biara, dia berkata, "saya sudah
berkeliling dunia dan telah menghitung
sepanjang perjalanan saya, saya juga
terus bertanya kepada setiap orang yang
saya jumpa, terdapat 145,236,284, 232
helai daun dan 231,281,219, 999,129,382
butir pasir di bumi ini."

Para pendeta menjawab, "Selamat, kamu
sekarang adalah seorang pendeta, oleh
karena itu kami akan menunjukkan pada
kamu jalan menuju suara yang kamu dengar
dahulu."

Para pendeta membimbing lelaki itu ke
sebuah pintu kayu, lalu pimpinan pendeta
berkata, "suara itu berasal persis di
balik pintu ini"

Si lelaki meraih pegangan pintu, namun
ternyata pintu itu terkunci, lalu dia
berkata, "ini lucu, tapi saya lagi tidak
ingin bercanda, tolong berikan saya
kuncinya..."

Pemimpin pendeta memberikan kunci, lalu
lelaki itu membuka pintu. Dibalik pintu
kayu ternyata ada pintu lain, sebuah
pintu batu, kembali si lelaki meminta
kunci, pendeta memberikan kunci, dan si
lelaki membuka pintu, dan ternyata
dibalik pintu batu, masih ada pintu yang
lain, sebuah pintu dari emas, kembali si
lelaki meminta kunci, membuka pintu,
lalu menemukan pintu yang lain, yaitu
yang terbuat dari perak, begitu terus
yang terjadi, pintu dari permata, pintu
dari perunggu, pintu tembaga... hingga
akhirnya para pendeta berkata, "ini
adalah kunci terakhir untuk pintu yang
terakhir".

Lelaki itu akhirnya lega setelah capai
dengan penantian. Dibukanya pintu
terakhir yang terbuat dari tanah liat,
menyentuh pegangan pintu dan terpana
luar biasa begitu melihat sumber suara
yang telah membuatnya penasaran
bertahun-tahun. .....

Tahukah anda sumber suara tersebut ?

Geser ke bawah ............ ...

jika ingin tahu........ ......... ..

sumber suara itu berasal..... .....

Terus ke bawah....... ...

Terus lagi kebawah .....

Dikit lagi kebawah ....

Maaf ............ .

kami tidak dapat memberitahukan anda,
........

sebab anda bukan pendeta !!!

Terlambat 1 Bulan

Ada sepasang suami istri yang sudah
beberapa bulan menantikan kehadiran sang
bayi...

"Mas aku terlambat satu bulan, kita akan
punya bayi",kata si Istri.
"Tapi berhubung tadi aku baru test ke
dokter, jangan kasih tau siapapun ya,
entar malu kalau nggak jadi".

"Oh ya? Iya... iya...sayang, mudah2an
hasilnya positif. Mas janji nggak akan
kasih tahu siapa2 dulu.." Jawab sang
suami dengan girangnya sambil memeluk
sang istri dari belakang.

Besok paginya ada petugas PLN datang
kerumah untuk menagih tagihan listrik.
Setelah dibukakan petugas PLN bilang :

"Bu, anda terlambat satu bulan..."
"Hah dari mana anda tau ?", tanya sang
istri kaget

"Ini ada di catatan kami..."
"Haaah... masa sampai ada di catatanmu?"

Besok paginya sang Suami datang ke
kantor PLN sambil marah2 kepada bagian
Customer Service.

"Bagaimana ini, kok anda bisa tau istri
saya terlambat satu bulan?"
"Sabar, sabar pak... Kalau anda ingin
catatan itu dihapus, anda tinggal bayar
saja kepada kami...". Jawab sang CS.

(Wah... pemerasan nih !) pikir sang suami.

"Lalu kalau saya nekat nggak mau bayar?"
tantang si suami.

"Punya anda saya putus...!!!" , jawab
sang petugas.

"Wah... kalau punya saya diputus, istri
saya dirumah pakai apa?"

"Yaaa... istri anda kan bisa pakai lilin
!!!"

TIGA NASEHAT

Pada suatu hari ada seseorang menangkap
burung. Burung itu berkata kepadanya,
"Aku tak berguna bagimu sebagai tawanan.
Lepaskan saja aku, nanti kuberi kau tiga
nasehat."

Si Burung berjanji akan memberikan
nasehat pertama ketika masih berada
dalam genggaman orang itu, yang kedua
akan diberikannya kalau ia sudah berada
di cabang pohon, dan yang ketiga ia
sudah mencapai puncak bukit.

Orang itu setuju, dan meminta nasehat
pertama.

Kata burung itu,

"Kalau kau kehilangan sesuatu, meskipun
kau menghargainya seperti hidupmu
sendiri, jangan menyesal."

Orang itupun melepaskannya, dan burung
itu segera melompat ke dahan.

Di sampaikannya nasehat yang kedua,

"Jangan percaya kepada segala yang
bertentangan dengan akal, apabila tak
ada bukti."

Kemudian burung itu terbang ke puncak
gunung. Dari sana ia berkata,

"O manusia malang! diriku terdapat dua
permata besar, kalau saja tadi kau
membunuhku, kau akan memperolehnya! "

Orang itu sangat menyesal memikirkan
kehilangannya, namun katanya,
"Setidaknya, katakan padaku nasehat yang
ketiga itu!"

Si Burung menjawab,

"Alangkah tololnya kau, meminta nasehat
ketiga sedangkan yang kedua pun belum
kaurenungkan sama sekali! Sudah
kukatakan padamu agar jangan kecewa
kalau kehilangan, dan jangan mempercayai
hal yang bertentangan dengan akal. Kini
kau malah melakukan keduanya. Kau
percaya pada hal yang tak masuk akal dan
menyesali kehilanganmu. Aku toh tidak
cukup besar untuk bisa menyimpan dua
permata besar!

Kau tolol. Oleh karenanya kau harus
tetap berada dalam keterbatasan yang
disediakan bagi manusia."

Hati2 dengan fotografer...

Ada sepasang suami istri yang mengalami
kesulitan untuk membuat anak dan
memutuskan untuk menggunakan seorang
surrogate father (pendonor sperma) untuk
memulai keluarganya.

Di hari ketika si pendonor sperma
seharusnya datang, si suami pergi dan
berkata "Mestinya dia dateng sebentar
lagi, jadi tunggu aja yah. aku pergi
dulu deh..."

1/2 jam kemudian, ada seorang fotografer
bayi datang untuk menawarkan jasanya.

"Selamat pagi bu ! Saya datang untuk..."

"Oh, ngga usah menjelaskan lagi. Saya
sudah menunggu anda" potong si istri.

"Benarkah ? Kalau begitu bagus lah.
Speciality saya adalah bayi."

"Itu lah yang dibutuhkan saya dan suami
saya. Silahkan masuk "

Setelah beberapa saat, si Istri bertanya
dengan malu, "kita mulai dari mana?"

"Serahkan pada saya.. Saya biasanya
mengawalinya 2 kali di bathtub, 1 kali
di sofa dan beberapa kali di kasur.
Kadang-kadang di ruang keluarga juga
bisa asik. Anda bisa benar-benar leluasa!"

"Bathtub, sofa ? Pantas saja saya dan
suami saya selalu gagal"

"Ya,bu, tidak ada yang bisa selalu
menjamin kesempurnaan. Tapi, kalau kita
mencoba banyak posisi yang berbeda-beda
dan saya menembak dari 6 atau 7 sudut
yang berbeda, saya yakin anda akan senang."

"HAH ! banyak sekali..."

"Di pekerjaan saya ini, seorang lelaki
harus menggunakan waktunya semaksimal
mungkin. Saya juga ingin bila bisa
melakukannya dalam 5 menit, tapi anda
akan kecewa..."

"Baiklah" kata si istri.

Si fotografer mengeluarkan folder berisi
foto-foto bayi.
"Yang ini dilakukan di atas bus di London"

"APA !?"teriak si istri dengan kaget.

"Yang kembar di situ bisa dianggap
sangat bagus, mengingat ibunya yang
sangat sulit."

"Sulit ?"tanya si istri.

"Yup, akhirnya harus saya bawa ke taman
untuk memuaskannya. bayak orang yang
melihat dan menonton."

"Ada yang melihat dan menonton ?" tanya
si istri dengan sangat kaget.

"Yup, dan untuk lebih dari 3 jam juga.
Ibu itu selalu berteriak-teriak.
Sangat sulit bagi saya untuk
konsentrasi. Lalu hari sudah hampir
gelap maka saya terpaksa percepat
kerjaan saya.
Akhirnya, ketika tupai mulai mengigit
alat saya, saya langsung menyimpan
kembali alat saya"

"Tupai mengigiti 'alat' anda ?"

"Yup, dan bila anda sudah siap, saya
akan memasang tripod saya"

"Tripod ???"

"Iya, saya harus menggunakan tripod
untuk mengangkat CANON saya. Karena
CANON saya terlalu besar untuk saya
angkat terlalu lama. Nona ? Nona ?... Oh
tidak ! Dia Pingsan ....."

Harga Sebuah Mujizat

ally baru berumur 8 tahun, saat ia
mendengar ayah dan ibunya berbicara
tentang adiknya, Georgi, yang sedang
sakit keras dan mereka telah melakukan
segala cara sebatas kemampuan untuk
mengobatinya. Hanya tinggal operasi yang
sangat, sangat mahal yang dapat membantu
adiknya…. Dan itu sangat sukar karena
kerbatasan keuangan keluarga Sally.
Sally mendenganr ayahnya berbisik dengan
putus asa, “Hanya tinggal mujisat yang
dapat menyelamatkan Georgi.” Sally
kembali ke ruang tidurnya dan mengambil
tabungan dari tempat ia
menyembunyikannya. Ia mengeluarkan semua
uang receh yang ada dan menghitungnya
dengan seksama. Tiga kali ia menghitung.
Jumlahnya harus benar-benar tepat! Tidak
bisa ada kemungkinan berbuat salah.
Membungkus uang receh itu dalam sapu
tangannya, lalu ia menyelinap keluar
dari rumah dan menuju ke apotik terdekat.


Sally menunggu dengan sabar sampai
apoteker memberi perhatian kepadanya.
Tetapi apoteker sedang sibuk berbicara
dengan seorang parlente, dia tidak mau
direpotkan oleh seorang anak 8 tahun.
Sally menggesekan kakinya dilantai serta
berdehem beberapakali untuk menarik
perhatian, namun tidak ada hasilnya.
Lalu ia mengambil sekeping uang receh
dari bungkusan sapu tangan dan
memukulkanya pada counter kaca. Tindakan
itu berhasil. “Dan apa yang kau
kehendaki?,” apoteker itu bertanya
dengan nada yang tinggi karena merasa
terganggu. “Aku hendak berbicara dengan
bapak mengenai saudaraku,” jawab Sally
dengan nada suara tinggi. “Saudaraku
sakit … dan aku mau membeli suatu
mujisat.” “Maafkan aku,” kata apoteker
itu. “Ayahku berkata hanya sebuah
mujisat yang dapat menyelamatkan adikku
sekarang ini …….. maka berapa harga
sebuah mujisat?.” “Disini kami tidak
menjual mujisat, gadis kecil. Aku tidak
dapat membantumu.” “Dengar , aku
mempunyai uang untuk membayarnya. Hanya
katakan saja padaku berapa harga mujisat
itu.” Orang parlente itu membungkuk dan
bertanya, “Apa mujisat yang dibutuhkan
adikmu itu?” “Aku tidak tahu,” jawab
Sally Sebutir air mata mulai mengalir
dari matanya. “Aku hanya tahu adikku
sakit keras dan ibu mengatakan dia perlu
dioperasi. Tetapi keluargaku tidak mampu
untuk membiayainya ……. Tetapi aku
mempunyai uangku sendiri.” “Berapa uang
yang kau miliki ?,” tanya orang
parlenete itu. “Satu dollar dan sebelas
sen,” jawab Sally dengan bangga. “Dan
itu adalah semuanya yang kumiliki
didunia ini.” “Tentu, ini suatu
kebetulan,” jawab orang parlente sambil
tersenyum. “Satu dollar dan sebelas sen
… harga yang tepat untuk sebuah mujisat
untuk menolong seorang adik.” Ia
mengambil uang Sally dengan satu tangan,
sambil tangan lain menggapai tangan
Sally sambil berkata “Bawalah aku
kerumahmu. Aku ingin melihat adikmu dan
berjumpa dengan kedua orang tuamu.

“Orang parlente itu adalah Dr. Carlton
Armstrong, ahli bedah yang ternama dan
mengkhususkan diri dalam penyakit
Georgi. Operasi dilakukan tampa biaya
dan tidak lama kemudian Georgi pulang
kembali ke rumah dan berangsur-angsur
mulai sembuh. Ayah dan Ibu Sally
berbicara dengan bahagia tentang
rangkaian peristiwa-peristiwa sehingga
itu semua terjadi. “Operasi itu, “ bisik
Ibu. “Bagaikan mujisat. Aku sebenarnya
ingin tahu berapa biaya operasi itu
sesungguhnya.” Sally tersenyum sendiri.
Ia mengetahui berapa harga sebuah
mijisat …… satu dolar dan sebelas sen
….. ditambah iman seorang gadis kecil.

Anjing yang Pintar

Seorang penjual daging mengamati suasana
sekitar tokonya. Ia sangat terkejut
melihat seekor anjing datatng ke samping
tokonya. Ia mengusir anjing itu, tetapi
anjing itu kembali lg.

Maka, ia menghampiri anjing itu &
melihat ada suatu catatan di mulut
anjing itu. Ia mengambil catatan itu dan
membacanya," tolong sediakan 12 sosis
dan satu kaki domba. Uangnya ada di
mulut anjing ini."

Si penjual daging melihat ke mulut
anjing itu dan ternyata ada uang sebesar
10 dollar disana. Segera ia mengambil
uang itu, kemudian ia memasukkan sosis
dan kaki domba ke dalam kantung plastik
dan diletakkan kembali di mulut anjing
itu. Si penjual daging sangat terkesan.
Kebetulan saat itu adalah waktu tutup
tokonya, ia menutup tokonya & berjalan
mengikuti si anjing.

Anjing tsb berjalan menyusuri jalan &
sampai ke tempat penyeberangan jalan.
Anjing itu meletakkan kantung
plastiknya, melompat & menekan tombol
penyeberangan, kemudian menunggu dgn
sabar dgn kantung plastik dimulut,
sambil menunggu lampu penyeberang
berwarna hijau. Setelah lampu menjadi
hijau, ia menyeberang sementara si
penjual daging mengikutinya.

Anjing tsb kemudian sampai ke perhentian
bus, dan mulai melihat " papan informasi
jam perjalanan ".

Si penjual daging terkagum-kagum
melihatnya. Si anjing melihat " papan
informasi jam perjalanan " dan kemudian
duduk disalah satu bangku yg disediakan.
Sebuah bus datang, si anjing
menghampirinya & melihat nomor bus &
kemudian kembali ke tempat duduknya.

Bus lain datang. Sekali lg bus lainnya
datang. Sekali lagi si anjing
menghampiri & melihat nomor busnya.
Setelah melihat bahwa bus tsb adalah bus
yg benar, si anjing naik. Si penjual
daging, dengan kekagumanny a mengikuti
anjing itu & naik ke bus tsb.

Bus berjalan meninggalkan kota, menuju
ke pinggiran kota. Si anjing melihat
pemandangan sekitar. Akhirnya ia bangun
& bergerak ke depan bus, ia berdiri dgn
2 kakinya & menekan tombol agar bus
berhenti. Kemudian ia keluar, kantung
plastik masih tergantung di mulutnya.

Anjing tsb berjalan menyusuri jalan
sambil dikuti si penjual daging. Si
anjing berhenti pd suatu rumah, ia
berjalan menyusuri jalan kecil &
meletakkan kantung plastik pd salah satu
anak tangga.

Kemudian, ia mundur, berlari &
membenturkan dirinya ke pintu. Ia
mundur, & kembali membenturkan dirinya
ke pintu rumah tsb. Tdk ada jawaban dr
dlm rumah, jd si anjing kembali melalui
jalan kecil, melompati tembok kecil &
berjalan sepanjang batas kebun tsb. Ia
menghampiri jendela & membenturkan
kepalanya beberapa kali, berjalan
mundur, melompat balik & menunggu di pintu.

Si penjual daging melihat seorang pria
tinggi besar membuka pintu & mulai
menyiksa anjing tsb, menendangnya,
memukulinya, serta menyumpahinya.

Si penjual daging berlari untuk
menghentikan pria tsb," Apa yg kau
lakukan ..??!! Anjing ini adalah anjing
yg jenius. Ia dapat masuk televisi untuk
kejeniusannya. " Pria itu menjawab," Kau
katakan anjing ini pintar ...??? Dlm
minggu ini sdh dua kali anjing bodoh ini
lupa membawa kuncinya ..!!!"

Refleksi :
Cerita ini sering terjadi dlm kehidupan
kita. Banyak orang yg tdk pernah puas
dgn apa yg telah mereka dpt. Seringkali
kita tdk menghargai bawahan kita yg
telah bekerja dgn setia selama
bertahun2. Seringkali kita juga tdk
menghargai atasan kita yg dipakai Tuhan
untuk memenuhi kebutuhan kita. Kita
selalu menonjolkan kesalahan & kelemahan
tanpa melihat kelebihan & jasa orang lain.

Semangkuk bakmi panas

Pada malam itu, Ana bertengkar dengan
ibunya. Karena sangat marah, Ana segera
meninggalkan rumah tanpa membawa apapun.
Saat berjalan di suatu jalan, ia baru
menyadari bahwa ia sama sekali tdk
membawa uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati
sebuah kedai bakmi dan ia mencium
harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali
memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tdk
mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup
lama di depan kedainya, lalu berkata
"Nona, apakah engkau ingin memesan
semangkuk bakmi?" " Ya, tetapi, aku tdk
membawa uang" jawab Ana dengan malu-malu

"Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu"
jawab si pemilik kedai. "Silahkan duduk,
aku akan memasakkan bakmi untukmu".

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu
mengantarkan semangkuk bakmi. Ana segera
makan beberapa suap, kemudian air
matanya mulai berlinang. "Ada apa nona?"
Tanya si pemilik kedai.
"tidak apa-apa" aku hanya terharu jawab
Ana sambil mengeringkan air matanya.

"Bahkan, seorang yang baru kukenal pun
memberi aku semangkuk bakmi !, tetapi,?
ibuku sendiri, setelah bertengkar
denganku, mengusirku dari rumah dan
mengatakan kepadaku agar jangan kembali
lagi ke rumah" "Kau, seorang yang baru
kukenal, tetapi begitu peduli denganku
dibandingkan dengan ibu kandungku
sendiri" katanya kepada pemilik kedai.
Pemilik kedai itu setelah mendengar
perkataan Ana, menarik nafas panjang dan
berkata "Nona mengapa kau berpikir
seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku
hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau
begitu terharu. Ibumu telah memasak
bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil
sampai saat ini, mengapa kau tidak
berterima kasih kepadanya? Dan kau malah
bertengkar dengannya"

Ana, terhenyak mendengar hal tsb.
"Mengapa aku tdk berpikir ttg hal tsb?
Utk semangkuk bakmi dr org yg baru
kukenal, aku begitu berterima kasih,
tetapi kepada ibuku yg memasak untukku
selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak
memperlihatkan kepedulianku kepadanya.
Dan hanya karena persoalan sepele, aku
bertengkar dengannya.

Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu
ia menguatkan dirinya untuk segera
pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke
rumah, ia memikirkan kata-kata yg hrs
diucapkan kpd ibunya. Begitu sampai di
ambang pintu rumah, ia melihat ibunya
dengan wajah letih dan cemas. Ketika
bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang
keluar dari mulutnya adalah "Ana kau
sudah pulang, cepat masuklah, aku telah
menyiapkan makan malam dan makanlah
dahulu sebelum kau tidur, makanan akan
menjadi dingin jika kau tdk memakannya
sekarang". Pada saat itu Ana tdk dapat
menahan tangisnya dan ia menangis
dihadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat
berterima kasih kpd org lain disekitar
kita untuk suatu pertolongan kecil yang
diberikan kepada kita. Tetapi kpd org
yang sangat dekat dengan kita (keluarga)
khususnya orang tua kita, kita harus
ingat bahwa kita berterima kasih kepada
mereka seumur hidup Kita.

RENUNGAN:

BAGAIMANAPUN KITA TIDAK BOLEH MELUPAKAN
JASA ORANG TUA KITA.
SERINGKALI KITA MENGANGGAP PENGORBANAN
MEREKA MERUPAKAN SUATU PROSES ALAMI YANG
BIASA SAJA; TETAPI KASIH DAN KEPEDULIAN
ORANG TUA KITA ADALAH HADIAH PALING
BERHARGA YANG DIBERIKAN KEPADA KITA
SEJAK KITA LAHIR.
PIKIRKANLAH HAL ITU??
APAKAH KITA MAU MENGHARGAI PENGORBANAN
TANPA SYARAT DARI ORANG TUA KITA?

HAI ANAK-ANAK, TAATI DAN HORMATILAH
ORANG TUAMU DALAM KESEHARIANMU, KARENA
ITULAH HAL YANG INDAH DIMATA TUHAN.

Jika Anda mendapat Berkat dari tulisan
diatas, maka bagikan juga kepada
handai tolan Anda...

Kiriman dari Evi Monika

Hati yang sempurna

Pada suatu hari, seorang pemuda berdiri
di tengah kota dan menyatakan bahwa
dialah pemilik hati yang terindah yang
ada di kota itu. Banyak orang kemudian
berkumpul dan mereka semua mengagumi
hati pemuda itu, karena memang
benar-benar sempurna. Tidak ada satu
cacat atau goresan sedikitpun di hati
pemuda itu. Pemuda itu sangat bangga dan
mulai menyombongkan hatinya yang indah.

Tiba-tiba, seorang lelaki tua menyeruak
dari kerumunan, tampil ke depan dan
berkata " Mengapa hatimu masih belum
seindah hatiku ?". Kerumunan orang-orang
dan pemuda itu melihat pada hati pak tua
itu. Hati pak tua itu berdegup dengan
kuatnya, namun penuh dengan bekas luka,
dimana ada bekas potongan hati yang
diambil dan ada potongan yang lain
ditempatkan di situ;namun tidak
benar-benar pas dan ada sisi-sisi
potongan yang tidak rata.
Bahkan, ada bagian-bagian yang berlubang
karena dicungkil dan tidak ditutup
kembali. Orang-orang itu tercengang dan
berpikir, bagaimana mungkin pak tua itu
mengatakan bahwa hatinya lebih indah ?

Pemuda itu melihat kepada pak tua itu,
memperhatikan hati yang dimilikinya dan
tertawa " Anda pasti bercanda, pak tua",
katanya, "bandingkan hatimu dengan
hatiku, hatiku sangatlah sempurna
sedangkan hatimu tak lebih dari kumpulan
bekas luka dan cabikan". " Ya", kata pak
tua itu, " hatimu kelihatan sangat
sempurna meski demikian aku tak akan
menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah,
setiap bekas luka ini adalah tanda dari
orang-orang yang kepadanya kuberikan
kasihku, aku menyobek sebagian dari
hatiku untuk kuberikan kepada mereka,
dan seringkali mereka juga memberikan
sesobek hati mereka untuk menutup
kembali sobekan yang kuberikan. Namun
karena setiap sobekan itu tidaklah sama,
ada bagian-bagian yang kasar, yang
sangat aku hargai, karena itu
mengingatkanku akan cinta kasih yang
telah bersama-sama kami bagikan.

Adakalanya, aku memberikan potongan
hatiku begitu saja dan orang yang kuberi
itu tidak membalas dengan memberikan
potongan hatinya. Hal itulah yang
meninggalkan lubang-lubang sobekan - -
memberikan cinta kasih adalah suatu
kesempatan. Meskipun bekas cabikan itu
menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal
itu mengingatkanku akan cinta kasihku
pada orang-orang itu, dan aku berharap,
suatu ketika nanti mereka akan kembali
dan mengisi lubang-lubang itu. Sekarang,
tahukah engkau keindahan hati yang
sesungguhnya itu ?"

Pemuda itu berdiri membisu dan airmata
mulai mengalir di pipinya. Dia berjalan
ke arah pak tua itu, menggapai hatinya
yang begitu muda dan indah, dan
merobeknya sepotong. Pemuda itu
memberikan robekan hatinya kepada pak
tua dengan tangan-tangan yang gemetar.
Pak tua itu menerima pemberian itu,
menaruhnya di hatinya dan kemudian
mengambil sesobek dari hatinya yang
sudah amat tua dan penuh luka, kemudian
menempatkannya untuk menutup luka di
hati pemuda itu. Sobekan itu pas, tetapi
tidak sempurna, karena ada sisi-sisi
yang tidak sama rata. Pemuda itu melihat
kedalam hatinya, yang tidak lagi
sempurna tetapi kini lebih indah dari
sebelumnya, karena cinta kasih dari pak
tua itu telah mengalir kedalamnya.
Mereka berdua kemudian berpelukan dan
berjalan beriringan.

Kearifan Emas

Seorang pemuda mendatangi Zen-sei dan
bertanya, "Guru, saya tak mengerti
mengapa orang seperti Anda mesti
berpakaian apa adanya, amat sangat
sederhana. Bukankah di masa seperti ini
berpakaian sebaik-baiknya amat perlu,
bukan hanya untuk penampilan melainkan
juga untuk banyak tujuan lain?"

Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu
melepaskan cincin dari salah satu
jarinya dan berkata, "Sobat muda, akan
kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih
dahulu lakukanlah satu hal untukku.
Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar
di seberang sana . Bisakah kamu
menjualnya seharga satu keping emas?"

Melihat cincin Zen-sei yang kotor,
pemuda tadi merasa ragu, "Satu keping
emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa
dijual seharga itu." "Cobalah dulu,
sobat muda.
Siapa tahu kamu berhasil."

Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia
menawarkan cincin itu kepada pedagang
kain, pedagang sayur, penjual daging dan
ikan, serta kepada yang lainnya.
Ternyata, tak seorang pun berani membeli
seharga satu keping emas. Mereka
menawarnya hanya satu keping perak.
Tentu saja, pemuda itu tak berani
menjualnya dengan harga satu keping
perak. Ia kembali ke padepokan Zen-sei
dan melapor, "Guru, tak seorang pun
berani menawar lebih dari satu keping
perak."

Zen-sei, sambil tetap tersenyum arif,
berkata, "Sekarang pergilah kamu ke toko
emas di belakang jalan ini. Coba
perlihatkan kepada pemilik toko atau
tukang emas di sana . Jangan buka harga,
dengarkan saja bagaimana ia memberikan
penilaian."

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang
dimaksud. Ia kembali kepada Zen-sei
dengan raut wajah yang lain dan berkata,
"Guru, ternyata para pedagang di pasar
tidak tahu nilai cincin ini
sesungguhnya. . Pedagang emas menawarnya
dengan harga seribu keping emas. Rupanya
nilai cincin ini seribu kali lebih
tinggi daripada yang ditawar oleh para
pedagang di pasar."

Zen-sei tersenyum simpul sambil berujar
lirih, "Itulah jawaban atas pertanyaanmu
tadi sobat muda. Seseorang tak bisa
dinilai dari pakaiannya. Hanya "para
pedagang sayur, ikan dan daging di
pasar" yang menilai demikian. Namun
tidak bagi "pedagang emas".

"Emas dan permata yang ada dalam diri
seseorang, hanya bisa dilihat dan
dinilai jika kita mampu melihat ke
kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan
untuk melihatnya, dan itu membutuhkan
proses. Kita tak bisa menilainya hanya
dengan tutur kata dan sikap yang kita
dengar dan lihat sekilas. Seringkali
yang disangka emas ternyata loyang dan
yang kita lihat sebagai loyang ternyata
emas "

Satu Jam Tidak Berbuat Dosa

Seorang gadis kecil bertanya kepada
ayahnya, "Ayah, bisakah seseorang
melewati seumur hidupnya tanpa berbuat
dosa?"

Ayahnya menjawab sambil tersenyum : "tak
mungkin, nak."

"Bisakah seseorang hidup setahun tanpa
berbuat dosa?" tanyanya lagi.

Ayahnya berkata: "tak mungkin, nak."

"Bisakah seseorang hidup sebulan tanpa
berbuat dosa?"

Lagi-lagi ayahnya berkata : "Tak
mungkin, nak."

"Bisakah seseorang hidup sehari saja
tanpa berbuat dosa?" gadis kecil itu
bertanya lagi.
Ayahnya mengernyitkan dahi dan berpikir
keras untuk menjawab: "mm..... mungkin
bisa, nak."

"Lalu.... bisakah seseorang hidup satu
jam tanpa dosa? tanpa berbuat jahat
untuk beberapa saat, hanya waktu demi
waktu saja, yah? Bisakah?"

Ayahnya tertawa dan berkata : "Nah,
kalau itu pasti bisa, nak."

Gadis kecil itu tersenyum lega dan
berkata : "Kalau begitu ayah, aku mau
memperhatikan hidupku jam demi jam,
waktu demi waktu, momen demi momen,
supaya aku bisa belajar tidak berbuat
dosa. Kurasa hidup jam demi jam lebih
mudah dijalani, ya?"

Pemuda yang banyak bicara

Seorang pemuda yang sedang jatuh cinta
berusaha selama berbulan-bulan untuk
mengambil hati pujaannya, namun gagal.
Ia merasa sakit hati karena ditolak.
Namun akhirnya si jantung-hati menyerah.
'Datanglah di tempat anu pada jam anu,'
katanya.

Pada waktu dan di tempat anu tersebut,
akhirnya si pemuda sungguh jadi duduk
bersanding dengan jantung-hatinya. Lalu
ia merogoh saku dan mengeluarkan
seberkas surat-surat cinta, yang telah
ia tulis selama berbulan-bulan, sejak ia
mengenal si jantung-hati. Surat-surat
itu penuh kata-kata asmara,
mengungkapkan kerinduan hatinya dan
hasratnya yang membara untuk mengalami
kebahagiaan karena dipersatukan dalam
cinta. Ia mulai membacakan semua
suratnya itu untuk jantung hatinya.
Berjam-jam telah lewat, namun ia masih
juga terus membaca.

Akhirnya si jantung hati berkata:

'Betapa bodoh kau! Semua suratmu hanya
tentang aku dan rindumu padaku. Sekarang
aku disini, bahkan duduk disampingmu.
Dan kamu masih juga membacakan
surat-suratmu yang membosankan itu!'

'Inilah aku, duduk di sampingmu,' sabda
Tuhan kepada penyembahnya, 'dan engkau
masih juga berpikir-pikir tentang Aku di
dalam benakmu, berbicara tentang Aku
dengan mulutmu, dan membaca tentang Aku
dalam buku-bukumu. Kapankah engkau akan
diam dan mulai menghayati kehadiranKu?'

Jadilah Diri Anda Seutuhnya.....

Disuatu telaga besar milik seorang
saudagar kaya, hidup lah bermacam-macam
ikan dengan suka cita. Telaga yang
begitu besar dengan berbagai macam
tanaman air yang menghiasi, memberikan
suasana tenang bagi siapa saja yang
melihatnya. Tepat ditengah telaga
tersebut, terdapat sebuah air mancur
kecil, yang menghasilkan
gelembung-gelembung udara didalam air.
Ikan yang berada didalam telaga tersebut
terlihat kesana kemari dengan gembira
bermain-main dengan gelembung-gelembung
air tersebut.

Sang saudagar kaya sangat mencintai
ikan-ikannya sehingga dengan rajin
setiap harinya, dia memberi makan
ikan-ikan tersebut dengan udang-udang
kecil yang dihaluskan. Hampir ratusan
ikan yang tinggal didalam telaga
tersebut, dengan berbagai macam jenis
dan bentuknya. Dari ratusan ikan
tersebut, terdapat seekor ikan mas
bertubuh besar dan berwarna emas.
Sepintas ikan ini sangatlah lincah dan
menarik, namun ada satu sifat jelek yang
dimiliki ikan ini, yaitu sifat
ketergantungannya.

Pada saat siang hari, ikan-ikan di
telaga tersebut seperti biasa menanti
tuannya untuk diberi makan, termasuk si
ikan mas. Namun setelah ditunggu-tunggu
sang saudagar kaya yang dinanti tidak
datang juga. Ternyata karena suatu
kesibukkan mengharuskan sang saudagar
kaya untuk keluar kota untuk waktu yang
agak lama. Ikan-ikan ditelaga tersebut
berinisiatif memakan tanaman air yang
ada disekitar telaga tersebut, hanya si
ikan mas yang tetap menunggu dan menunggu

"Hai ikan mas, makanlah tanaman air ini,
kamu tinggal menggigit dan mengunyahnya,
untuk makan siang kamu" Teriak ikan-ikan
yang lain kepada si ikan mas

"Tidak, akan tidak bisa memakan dan
mengigitnya. Saya tidak bisa. Saya akan
menunggu tuan kita memberi makan saja"
Jawab ikan mas itu dengan ketusnya

Hari semakin malam, namun sang saudagar
kaya yang ditunggu ikan mas tersebut,
tidak kunjung datang. Ikan-ikan yang
lain, sudah kenyang menyantap tanaman
air, hanya si ikan mas yang kelaparan
karena belum memakan apa pun. Akibat
menahan lapar yang begitu dahsyat, si
ikan mas mulai merasa lemas di sekujur
tubuhnya, namun dia tetap merasa tidak
bisa memakan tanaman air tersebut,
karena dia terbiasa diberikan makan oleh
tuannya.

Sudah 2 hari, si ikan mas menahan lapar
dan akhirnya tubuhnya pun kaku karena
kelaparan, di lubung makanan yang
berlimpah. Dia mati bukan karena tidak
ada makanan, namun karena sifat
ketergantungan terhadap orang lain.

~Banyak sekali kita melihat di kehidupan
ini, sifat ketergantungan yang berlebih
terhadap orang tua, saudara dan terhadap
orang lain. Sifat ketergantungan yang
berlebih akan membuat diri kita tidak
terasah, merasa tidak percaya diri dan
tidak mampu memekpresikan kemampuan diri
kita. Kita boleh belajar, mengikuti dan
dimotivasi oleh orang lain, namun
hendaknyalah kita harus selalu yakin
pada kemampuan diri kita dan menjadi
diri kita sendiri, karena setiap orang
punya kemampuan untuk menjadi sukses,
hanya pandangan dan perjuangan akan arti
sukses yang salah, yang menghalangi
datangnya kesuksesan tersebut. Jadilah
diri anda seutuhnya!!!~

Dari Saya,

Success and Wisdom

Bodhi Taruna

Hargailah Orang Lain

Alkisah disebuah desa yang jauh dari
kota, terdapat sebuah keluarga
terpandang yang tinggal disana. Keluarga
tersebut terdiri dari sepasang suami
istri dan anak tunggalnya. Sang suami
adalah petani terkaya didesa itu, namun
walaupun dia begitu kaya tapi orangnya
sangatlah dermawan, dia selalu
memberikan derma kepada orang yang
kurang mampu, begitu juga sang istri.
Namun sayang, anak tunggal yang telah
berusia 18 tahun itu, sangat lah manja,
dan memiliki sifat yang dibenci
orangtuanya, yaitu suka meremehkan orang
lain.

Setiap bulannya sang suami istri selalu
mengumpuli pengemis-pengemis untuk
dibagikan beras hasil panen, melihat hal
tersebut, sang anak sangatlah kesal
melihat pengemis yang berbondong-bondong
datang kerumah nya untuk mendapatkan
beras tersebut.

"Pengemis bodoh, taunya hanya
meminta-minta saja, lebih baik kalian
mati saja, daripada kalian selalu
menyusahkan orang tua saya saja" sahut
anak tersebut

Mendengar kata-kata dari anak tersebut,
para pengemis hanya mampu
mengelus-ngelus dada dengan perasaan
yang sangat sedih

Pada suatu hari sang anak berjalan-jalan
disekitar rumahnya, tanpa disadari
semakin lama dia semakin jauh berjalan
hingga berada didalam hutan, dan dia pun
tersesat. Sang anak yang mulai panik,
mulai berteriak-teriak minta tolong
sehingga suaranya membangunkan harimau
yang sedang tidur.Dengan marah harimau
tersebut mendekati anak tersebut, dan
berusaha untuk memakannya.Harimau
tersebut mendekatinya dan hendak
menerkamnya. Dalam waktu yang bersamaan,
segerombolan pengemis melemparkan batu
dan kayu ke arah harimau tersebut,
sehingga membuat harimau itu
mengurungkan niatnya, dan melarikan diri.

Melihat gerombolan pengemis yang
ternyata adalah pengemis yang selalu
diberikan derma oleh orang tuanya, sang
anak pun malu. Karena selama ini selalu
meremehkan pengemis-pengemis tersebut.

"Terima kasih atas bantuannya, kalian
telah menyelamatkan nyawa ku" kata anak
tersebut
"Syukurlah kamu tidak apa-apa,
sesungguhnya manusia diciptakan untuk
saling menolong" sahut pengemis yang
paling tua
"Dengarlah anak muda, siapapun dia,
bagaimanapun status dia, jangan perna
meremehkan orang lain, karena mungkin
saja suatu saat dia akan menjadi
penyelamat diri mu" sambung pengemis
tersebut

Mendengar kata-kata tersebut, anak
tersebut pun menyadari kesalahannya, dan
berjanji akan selalu untuk menghargai
orang sekecil apapun status orang tersebut.

~Cerita diatas sering terjadi
dikehidupan sekarang, manusia selalu
menbedakan-bedakan dirinya dengan orang
lain, hanya dari segi materi, status,
jabatan dan hal-hal yang bersifat
duniawi dan keegoisan semata. Ada
baiknya kita selalu menghargai setiap
orang, siapapun dia, apapun status dia,
karena setiap manusia pasti punya
kelebihan dan kekurangannya. Tidak ada
yang sempurna didunia ini. dan tidak ada
seseorang yang terlahir hanya memiliki
segi negatifnya saja. Hargai lah setiap
orang seperti kita menghargai diri kita
sendiri!!"

Dari Saya,

Success and Wisdom

Bodhi Taruna

Pasar malam agama

Aku dan temanku pergi ke 'Pasar malam
agama.' Bukan pasar dagang. Pasar agama.
Tetapi persaingannya sama sengitnya,
propagandanya pun sama hebatnya.

Di kios Yahudi kami mendapat selebaran
yang mengatakan bahwa Tuhan itu Maha
Pengasih dan bahwa bangsa Yahudi adalah
umat pilihanNya. Ya, bangsa Yahudi.
Tidak ada bangsa lain yang terpilih
seperti bangsa Yahudi.

Di kios Islam kami mendengar, bahwa
Allah itu Maha Penyayang dan Muhammad
ialah nabiNya. Keselamatan diperoleh
dengan mendengarkan Nabi Tuhan yang
satu-satunya itu.

Di kios Kristen kami menemukan, bahwa
Tuhan adalah Cinta dan bahwa di luar
Gereja tidak ada keselamatan. Silahkan
mengikuti Gereja Kudus jika tidak ingin
mengambil risiko masuk neraka.

Di pintu keluar aku bertanya kepada
temanku: 'Apakah pendapatmu tentang
Tuhan?' Jawabnya: 'Rupanya Ia penipu,
fanatik dan bengis.'

Sampai di rumah aku berkata kepada
Tuhan: 'Bagaimana Engkau bisa tahan
dengan hal seperti ini, Tuhan? Apakah
Engkau tidak tahu, bahwa selama
berabad-abad mereka memberi julukan
jelek kepadaMu?'

Tuhan berkata: 'Bukan Aku yang
mengadakan 'Pasar malam agama' itu. Aku
bahkan merasa terlalu malu untuk
mengunjunginya.'

(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ,
Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)

JESUS MENONTON PERTANDINGAN SEPAKBOLA

Jesus Kristus berkata bahwa Ia belum
pernah menyaksikan pertandingan
sepakbola. Maka kami, aku dan
teman-temanku, mengajakNya menonton.
Sebuah pertandingan sengit berlangsung
antara kesebelasan Protestan dan
kesebelasan Katolik.

Kesebelasan Katolik memasukkan bola
terlebih dahulu. Jesus bersorak gembira
dan melemparkan topinya tinggi-tinggi.
Lalu ganti kesebelasan Protestan yang
mencetak goal. Dan Jesus bersorak
gembira serta melemparkan topinya
tinggi-tinggi lagi.

Hal ini rupanya membingungkan orang yang
duduk di belakang kami. Orang itu
menepuk pundak Jesus dan bertanya:
'Saudara berteriak untuk pihak yang mana?'

'Saya?' jawab Jesus, yang rupanya saat
itu sedang terpesona oleh permainan itu.
'Oh, saya tidak bersorak bagi salah satu
pihak, Saya hanya senang menikmati
permainan ini.'

Penanya itu berpaling kepada temannya
dan mencemooh Jesus: 'Ateis!'

Sewaktu pulang, Jesus kami beritahu
tentang situasi agama di dunia dewasa
ini. 'Orang-orang beragama itu aneh,
Tuhan,' kata kami. 'Mereka selalu
mengira, bahwa Allah ada di pihak mereka
dan melawan orang-orang yang ada di
pihak lain.'

Jesus mengangguk setuju. 'Itulah
sebabnya Aku tidak mendukung agama; Aku
mendukung orang-orangnya,' katanya.
'Orang lebih penting daripada agama.
Manusia lebih penting daripada hari Sabat.'

'Tuhan, berhati-hatilah dengan
kata-kataMu,' kata salah seorang di
antara kami dengan was-was. 'Engkau
pernah disalibkan karena mengucapkan
kata-kata serupa itu.' 'Ya --dan justru
hal itu dilakukan oleh orang-orang
beragama,' kata Jesus sambil tersenyum
kecewa.

(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ,
Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)

Dua buah kutub

Saat kembali ke kota kelahiran, saya
menyempatkan diri untuk berjumpa dengan
beberapa kawan lama diantaranya adalah
dua bersaudara yang salah satunya berada
di panti rehabilitasi narkoba sedangkan
saudara lainnya adalah seorang pengusaha
otomotif yang terbilang sukses. Diantara
kawan-kawan seumur, hal ini sering
menjadi bahan pergunjingan mengapa dua
bersaudara yang berasal dari orang tua
yang sama, dibesarkan dalam lingkungan
yang sama, dapat menjadi sangat berbeda.

Kunjungan saya ke panti rehabilitasi
dimana kawan saya itu berada cukup
membuat dia terhibur. Dalam salah satu
perbincangan dia menjawab pertanyaan
klise saya "Ya, semua ini gara-gara Ayah
saya"


Dengan lirih dia meneruskan ucapannya
"Ayah saya seorang pemabuk dan penjudi,
keluarga saya bangkrut dan berantakan,
dia hanya memikirkan dirinya sendiri,
sama sekali tak pernah memikirkan saya"


Masih tertunduk lesu dan katanya lagi
"Apa yang bisa diharapkan dari saya
hasil dari sebuah keluarga yang
berantakan ini?"

Sehari sebelum kembali ke Jakarta , saya
masih sempat menemui saudaranya yang
siang itu berada di show-room-nya yang
cukup besar dengan aneka mobil terpajang.

Ditengah kegembiraan karena lama tidak
berjumpa, salah satu pembicaraan kami
adalah tentang saudaranya yang ada di
panti rehabilitasi narkoba.


Pertanyaan spontan pun mengalir dari
bibir saya "Apa yang membuat kamu
berbeda dengan saudaramu dan bisa sukses
seperti sekarang ini?"

Nampak dia menghela nafas kemudian dia
berkata "Sudah terlalu banyak
penderitaan dalam kehidupan saya dan
keluarga kami, saya hanya bertekad untuk
mengakhirinya"


"Saya benar-benar tidak ingin bernasib
seperti Ayah saya dan ingin
membahagiakan Ibuku, itulah tekad saya
selama ini"

Keduanya mendapatkan kekuatan dan
motivasi dari sumber yang sama, bedanya
adalah yang seorang memanfaatkannya
secara positif, dan seorang lainnya
menggunakannya secara negatif.

"Mereka yang positif tak peduli segelap
apapun keadaannya, kepalanya selalu
tegak serta menengadah melihat semua
kemungkinan dan semua itu ada
dihadapannya. "

Satu Nasehat dua pengertian

Dahulu kala ada 2 orang kakak beradik.
Ketika ayahnya meninggal sebelumnya
berpesan dua hal: pertama jangan menagih
hutang kepada orang yang berhutang
kepadamu, dan kedua jika mereka pergi
dari rumah ke toko jangan sampai mukanya
terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan
terjadi, bahwa beberapa tahun setelah
ayahnya meninggal anak yang sulung
bertambah kaya, sedang yang bungsu
menjadi semakin miskin.

Ibunya yang masih hidup menanyakan hal
itu kepada mereka. Jawab anak yang bungsu:

"Inilah karena saya mengikuti pesan
ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak
boleh menagih hutang kepada orang yang
berhutang kepadaku, dan sebagai
akibatnya modalku susut karena orang
yang berhutang kepadaku tidak membayar
sementara aku tidak boleh menagih. Juga
ayah berpesan supaya kalau saya pergi
atau pulang dari rumah ke toko dan
sebaliknya tidak boleh terkena sinar
matahari. Akibatnya saya harus naik
becak atau andong. Sebetulnya dengan
jalan kaki saja cukup, tetapi karena
pesan ayah demikian maka akibatnya
pengeluaranku bertambah banyak."

Kepada anak yang sulung yang bertambah
kaya, ibupun bertanya hal yang sama.
Jawab anak sulung:

"Ini semua adalah karena saya mentaati
pesan ayah. Karena ayah berpesan supaya
saya tidak menagih kepada orang yang
berhutang kepada saya, maka saya tidak
menghutangkan sehingga dengan demikian
modal tidak susut.Juga ayah berpesan
agar supaya jika saya berangkat ke toko
atau pulang dari toko tidak boleh
terkena sinar matahari, maka saya
berangkat ke toko sebelum matahari
terbit dan pulang sesudah matahari
terbenam. Akibatnya toko saya buka
sebelum toko lain buka, dan tutup jauh
sesudah toko yang lain tutup. Sehingga
karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu
dan tokoku menjadi laris karena
mempunyai jam kerja lebih lama."

Jari dan Masalah

Di sebuah desa, hiduplah seorg pemuda.
Usianya belumlah genap 20 th. Namun
sayang, kehidupannya sangat merana.
Selalu saja ada banyak kesulitan yg
dihadapinya. Usahanya sering gagal.
Tak banyak yg bisa dilakukannya selain
merenungi nasib. Ia bertanya dalam hati,
mengapa ada beribu masalah yg selalu ada
di sekitarnya.

Suatu ketika, ia mendengar ada seorg
bijak yg dapat membantu mengatasi setiap
persoalan. Kabarnya, org tua ini selalu
berhasil menolong setiap org yg datang
kepadanya. Sang pemuda pun tertarik
untuk datang & mencari jalan keluar bagi
masalah yg di hadapinya. Segera saja di
persiapkan bekal untuk melakukan
perjalanan menuju ke tempat org bijak
itu berada.

Seharian penuh ia berjalan, hingga
sampailah di pinggir hutan. Hari sudah
malam, ketika akhirnya ia menemukan
rumah yg dicarinya. Setelah mengucapkan
salam, masuklah sang pemuda & bertemu
dengan org yg di harapkan menjadi
penolongnya. Mari masuk silahkan duduk,
terdengar jawaban dari dalam.
Dengan penuh harap, pemuda itu pun mulai
menceritakan masalah yg dihadapinya. Ia
berkisah tentang pekerjaannya yg gagal,
kawan2nya yg memusuhinya, juga semua
masalah2 lainnya.


Sang org tua, mendengarkan dengan
seksama, bersungguh2 untuk memahami
pemuda itu. Setelah beberapa lama,
usailah ia menyampaikan semuanya. Lalu,
apa yg harus aku lakukan, tanya pemuda,
apa yg sebenarnya aku hadapi & apa
masalahku??

Anak muda, maaf, aku tak bisa sepenuhnya
menolongmu. Aku hanya bisa menunjukkanmu
suatu hal. Orangtua itu kemudian menuju
jendela & membukanya lebar-lebat. Di
luar sana, tampak langit yg gelap
gulita. Lalu, diacungkannya jari
telunjuk, seperti menunjuk ke atas, ke
arah jendela itu. Nak, lihatlah jari
telunjukku, ada berapa jari yg kau lihat?

Pemuda itu segera menjawab, tentu saja,
hanya ada satu!?. Kemudian, orangtua itu
berpindah, sambil menutup jendela &
mengacungkan telunjukknya ke arah
dinding. Ia lalu bertanya, Sekarang, ada
berapa jari yg kau lihat?? Sang pemuda,
tampak memicingkan mata. Tampaklah
tangan & jari telunjuk yg teracung,
dengan latar belakang dinding yg putih.
Ada bayang2 yg tampak disana.

Lihatlah lebih jelas, jatuhkan
pandanganmu ke belakang, ada berapa jari
yg kau lihat? Sebentar, aku melihat? ada
satu? eh, dua jari yg ku lihat?
Bagaimana ini bisa terjadi? Ternyata,
dinding yg putih, memberikan nuansa yg
berbeda dalam pantulan benda.

Ada fenomena lain yg membuat jari itu
tampak tak seperti aslinya.?
Anak muda, itu hanya nuansa bayangan
dari jari ku saja. Setiap benda akan
terlihat berbayang ganda jika diletakkan
pada dasar yg putih. Engkau pun akan
melihatnya ganda jika melayangkan
pandanganmu jauh ke belakangnya & tidak
terpaku pada benda itu saja. Dan sama
halnya dengan semua masalahmu.

Sesungguhnya, dalam setiap masalah,
kadang, bukan pemecahanlah yg harus kita
cari. Tapi, kemampuan untuk melihat
masalah itulah yg kita perlukan. Kadang
kita sering terpaku hanya pada masalah
itu2 saja, tanpa pernah membiarkan kita
melihat sisi lainnya.

Cobalah layangkan pandanganmu ke
belakang, pada jarak yg berbeda pada
setiap masalah, engkau akan menemukan
bukan hanya satu, tapi dua atau tiga hal
yg terlihat. Anggaplah jari telunjukku
sebagai semua masalahmu & dinding itu
sebagai pikiranmu. Maka, engkau akan
dapat melihat sosok suatu masalah,
dengan jelas, pada dinding yang putih,
pada pikiran yang jernih. Engkau akan
mampu melihat dengan lebih jelas apa yg
kau hadapi pada pikiran yang tenang,
bukan pada latar yg gelap & penuh amarah.

Tataplah semua masalahmu itu dalam
pandangan jernih, tenang & bersih.
Teliti setiap sisi persoalan hidupmu,
dengan hati yg suci. Susuri dan pahami
setiap aral di depanmu, tidak dengan
pandangan yg gelap gulita.

Pahami & maknai semuanya. Saat engkau
memahami apa yg sedang kau hadapi, maka
engkau akan mudah mengatasinya. Setiap
persoalan, mungkin terlihat seperti satu
hal saja, namun sesungguhnya hal itu
mempunyai sisi lain yg tak terungkap,
hingga kita mampu melihatnya dengan
pandangan yg jernih.

Sepasang Angsa dan Katak

Musim kering telah tiba, sekelompok
angsa bersiap-siap terbang bersama
meninggalkan sebuah danau yang mulai
dangkal untuk bermigrasi ke arah selatan
ke sebuah tempat dimana air mengalir.

Seekor katak yang gelisah memohon kepada
sepasang angsa yang sedang bersiap-siap
agar turut membawa serta dirinya.
"Bagaimana caranya agar kita bisa
membawa serta kamu, sementara kamu hanya
bisa melompat?" jawab si angsa jantan.
"Saya ada ide, kalian gigit erat-erat
kedua ujung akar rumput ini dan saya
menggigit ditengah kemudian terbang
bawalah saya beserta kalian" Sahut si
katak seraya meletakkan sebuah akar
rumput dihadapan mereka.

"Baiklah, itu sungguh ide yang hebat,
kami setuju terbang bersamamu" jawab si
angsa betina disertai anggukan setuju
pasangannya.

Dan terbanglah mereka dengan membawa si
katak yang tergantung ditengah akar
rumput yang digigitnya. Dibawah sana
banyak orang berdecak kagum keheranan
serta memuji melihat kecerdikan mereka
bertiga. Sampai kemudian tak luput dari
angsa lain yang terbang bersama mereka
juga turut memuji dan salah satunya
berkata "Kalian bertiga sungguh cerdik,
siapa yang punya ide secemerlang ini?"

"Ide saya" sahut si katak dengan spontan
membuka mulutnya dan seketika itu
lepaslah gigitannya dari akar rumput dan
dalam sekejap tubuhnya meluncur deras ke
bumi, hancur menghantam bebatuan dibawah
sana.

Pepatah mengatakan, "Tutuplah mulutmu
maka orang takkan tahu seberapa tahunya
kamu dan bukalah mulutmu maka mereka
takkan meragukan ketidaktahuanmu"
Pepatah itu benar adanya, tapi
bayangkanlah apa saja yang akan hilang
seandainya tak ada yang buka mulut.

"Hikmahnya adalah tentang kapan waktu
yang tepat untuk berbicara dan kapan
waktunya menjadi pendengar yang baik"

Haruskah Hati Menciptakan Jarak

Suatu hari sang guru bertanya kepada
murid-muridnya, "Mengapa ketika
seseorang sedang dalam keadaan marah, ia
akan berbicara dengan suara kuat atau
berteriak?"

Seorang murid setelah berpikir cukup
lama mengangkat tangan dan menjawab,
"Karena saat seperti itu ia telah
kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu
berteriak."

"Tapi..." sang guru balik bertanya,
"lawan bicaranya justru berada di
sampingnya. Mengapa harus berteriak?
Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?"

Hampir semua murid memberikan sejumlah
alasan yang dikira benar menurut
pertimbangan mereka. Namun tak satu pun
jawaban yang memuaskan.
Sang guru lalu berkata, "Ketika dua
orang sedang berada dalam situasi
kemarahan, jarak antara ke dua hati
mereka menjadi amat jauh walau secara
fisik mereka begitu dekat. Karena itu,
untuk mencapai jarak yang demikian,
mereka harus berteriak. Namun anehnya,
semakin keras mereka berteriak, semakin
pula mereka menjadi marah dan dengan
sendirinya jarak hati yang ada di
antara keduanya pun menjadi lebih jauh
lagi. Karena itu mereka terpaksa
berteriak lebih keras lagi."

Sang guru masih melanjutkan ,
"Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua
orang saling jatuh cinta? Mereka tak
hanya tidak berteriak, namun ketika
mereka berbicara suara yang keluar dari
mulut mereka begitu halus dan kecil.
Sehalus apa pun, keduanya bias
mendengarkannya dengan begitu jelas.
Mengapa demikian?"

Sang guru bertanya sambil memperhatikan
para muridnya. Mereka nampak berpikir
amat dalam namun tak satupun berani
memberikan jawaban.

"Karena hati mereka begitu dekat, hati
mereka tak berjarak. Pada akhirnya
sepatah katapun tak perlu diucapkan.
Sebuah pandangan mata saja amatlah
cukup membuat mereka memahami apa yang
ingin mereka sampaikan."

Sang guru masih melanjutkan, "Ketika
Anda sedang dilanda kemarahan, jangan
lah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi
hendaknya kamu tidak mengucapkan kata
yang mendatangkan jarak di antara kamu.
Mungkin di saat seperti itu, tak
mengucapkan kata-kata mungkin merupakan
cara yang bijaksana. Karena waktu akan
membantu Anda."

50 Doa Tulus . . .

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.

Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!"

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang ..." kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit."

Dengan lembut si Malaikat berkata, "Anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu. "

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra-putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka.

Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua - itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu. "

Kembali terlihat di mana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, "Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tau dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tau dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar di hadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri." Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat.

Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini . . . timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang!

Dengan setengah bergumam dia bertanya, "Apakah di antara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat, "Ada beberapa yang berdoa buatmu tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah."

Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, "Anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu! ! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00."

Dengan terheran-heran dan tidak percaya,si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

"Bukankah itu Panti Asuhan?" kata si pengusaha pelan.

"Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri."

"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu. "

Doa sangat besar kuasanya, tak jarang kita malas, tidak punya waktu, tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain.

Ketika kita mengingat seorang sahabat lama/keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia, mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.

Di saat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi.

Pencuri Impian . . .

Ada seorang gadis muda yang sangat suka menari. Kepandaiannya menari sangat menonjol dibanding dengan rekan-2nya, sehingga dia seringkali menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan. Dia berpikir, dengan apa yang dimilikinya saat ini, suatu saat apabila dewasa nanti dia ingin menja di penari kelas dunia. Dia membayangkan dirinya menari di Rusia, Cina, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuan orang yang memberi tepukan kepadanya.

Suatu hari, dikotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri. Pakar ini sangatlah hebat,dan dari tangan dinginnya telah banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia. Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sang pakar tersebut, bahkan jika mungkin memperoleh kesempatan menjadi muridnya. Akhirnya kesempatan itu datang juga. Si gadis muda berhasil menjumpai sang pakar di belakang panggung, seusai sebuah pagelaran tari. Si gadis muda bertanya "Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah anda punya waktu sejenak, untuk menilai saya menari ? Saya ingin tahu pendapat anda tentang tarian saya". "Oke, menarilah di depan saya selama 10 menit",jawab sang pakar.

Belum lagi 10 menit berlalu, sang pakar berdiri dari kursinya, lalu berlalu meninggalkan si gadis muda begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Betapa hancur si gadis muda melihat sikap sang pakar.Si gadis langsung berlari keluar. Pulang kerumah, dia langsung menangis tersedu-sedu. Dia menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyata tarian yang selama ini dia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya di hadapan sang pakar. Kemudian dia ambil sepatu tarinya, dan dia lemparkan ke dalam gudang. Sejak saat itu, dia bersumpah tidak pernah akan menari lagi.

Puluhan tahun berlalu. Sang gadis muda kini telah menjadi ibu dengan tiga orang anak. Suaminya telah meninggal. Dan untuk menghidupi keluarganya, dia bekerja menjadi pelayan dari sebuah toko di sudut jalan. Suatu hari, ada sebuah pagelaran tari yang diadakan di kota itu. Nampak sang pakar berada di antara para menari muda di belakang panggung. Sang pakar nampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih. Si ibu muda dengan tiga anaknya juga datang ke pagelaran tari tersebut.

Seusai acara, ibu ini membawa ketiga anaknya ke belakang panggung, mencari sang pakar, dan memperkenalkan ketiga anaknya kepada sang pakar. Sang pakar masih mengenali ibu muda ini, dan kemudian mereka bercerita secara akrab. Si ibu bertanya, "Pak, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati saya. Ini tentang penampilan saya sewaktu menari di hadapan anda bertahun-tahun yang silam. Sebegitu jelekkah penampilan saya saat itu, sehingga anda langsung pergi meninggalkan saya begitu saja, tanpa mengatakan sepatah katapun?"

"Oh ya, saya ingat peristiwanya. Terus terang, saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu. Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-2 berhenti dari dunia tari", jawab sang pakar. Si ibu muda sangat terkejut mendengar jawaban sang pakar. "Ini tidak adil", seru si ibu muda. "Sikap anda telah mencuri semua impian saya. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa anda meninggalkan saya begitu saja ketika saya baru menari beberapa menit. Anda seharusnya memuji saya, dan bukan mengacuhkan saya begitu saja. Mestinya saya bisa menjadi penari kelas dunia. Bukan hanya menjadi pelayan toko!"

Si pakar menjawab lagi dengan tenang "Tidak .... Tidak, saya rasa saya telah berbuat dengan benar. ANDA TIDAK HARUS MINUM ANGGUR SATU BAREL UNTUK MEMBUKTIKAN ANGGUR ITU ENAK. Demikian juga saya. Saya tidak harus menonton anda 10 menit untuk membuktikan tarian anda bagus. Malam itu saya juga sangat lelah setelah pertunjukkan. Maka sejenak saya tinggalkan anda, untuk mengambil kartu nama saya, dan berharap anda mau menghubungi saya lagi keesokan hari. Tapi anda sudah pergi ketika saya keluar.

Dan satu hal yang perlu anda camkan, bahwa ANDA MESTINYA FOKUS PADA IMPIAN ANDA, BUKAN PADA UCAPAN ATAU TINDAKAN SAYA. Lalu pujian? Kamu mengharapkan pujian? Ah, waktu itu kamu sedang bertumbuh. PUJIAN ITU SEPERTI PEDANG BERMATA DUA. ADA KALANYA MEMOTIVASIMU, BISA PULA MELEMAHKANMU. Dan faktanya saya melihat bahwa sebagian besar PUJIAN YANG DIBERIKAN PADA SAAT SESEORANG SEDANG BERTUMBUH, HANYA AKAN MEMBUAT DIRINYA PUAS DAN PERTUMBUHANNYA BERHENTI. SAYA JUSTRU LEBIH SUKA MENGACUHKANMU, AGAR HAL ITU BISA MELECUTMU BERTUMBUH LEBIH CEPAT LAGI. Lagipula, pujian itu sepantasnya datang dari keinginan saya sendiri. TIDAK PANTAS ANDA MEMINTA PUJIAN DARI ORANG LAIN".

"Anda lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah sepele. Seandainya anda pada waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari, mungkin hari ini anda sudah menjadi penari kelas dunia." "MUNGKIN ANDA SAKIT HATI PADA WAKTU ITU, TAPI SAKIT HATI ANDA AKAN CEPAT HILANG BEGITU ANDA BERLATIH KEMBALI. TAPI SAKIT HATI KARENA PENYESALAN ANDA HARI INI TIDAK AKAN PERNAH BISA HILANG SELAMA-LAMANYA ...".



NB. Terkadang menjadi kelemahan kita sebagai manusia adalah kita memerlukan pendapat orang laen tuk menguatkan apa yang kita pikirkan ato rasa kan. Padahal tidak selama nya masukan yang kita dapat sesuai dengan keadaan atu harapan kita. Kadang pula masukan dari mereka tidak jauh beda dengan apa yang telah kita pikirkan. Mendengar pendapat orang laen tidak salah, tp sekiranya keputusan tetap berasal dari kita , dengan sejumlah pertimbangan tentunya. Menerima mentah2 masukan , akan menjadi pedang bermata dua.

Cara Pandang . . .

Kira - kira dari bacaan berikut, apa yang dapat kita pelajari :


Seorang Ayah dan 2 anak

Laki-laki tua itu, adalah seorang ayah dari dua anak. Dulu di rumah yang ditinggalinya hingga kini, dia hidup berbahagia dengan istri dan kedua anaknya. Namun, semenjak istri yang disayanginya meninggal, dan kedua anaknya beranjak dewasa, maka hiduplah dia sendiri. Meski demikian, tentu saja anak-anaknya sese kali berkunjung ke rumah sang ayah. Sehingga komunikasi diantara ketigany a tidak terputus.

Dua anak ayah ini, sama-sama bekerja sebagai pedagang di kota. Anak pertama berdagang es kelapa muda, sedangkan yang kedua menjual minuman sekoteng untuk menyambung hidupnya. Ayah yang sangat menyayangi kedua anaknya ini, sering sekali memikirkan nasib anak-anaknya. Ketika musim hujan tiba, dia bingung memikirka n dagangan es kelapa muda anaknya yang sepi pembeli. Begitu pula ketika musimnya matahari terik, dia mengkhawatirk an minuman sekoteng yang dijual anaknya yang lain, tak laku dijual.

Saking seringnya memikirkan kemungkinan- kemu ngkinan itu, akhirnya ayah jatuh sakit. Kian hari, seiring pergantian cuaca, sakitnya pun bertambah parah. Kedua anaknya, akhirnya membawa sang ayah berobat ke dokter. Namun, ternyata dokter menyerah. Sebab fisik ayah, sebenarnya tak menderita sakit apapun. Di tengah perjalanan pulang dari klinik dokter, ayah dan kedua anaknya itu bertemu dengan seorang bijak. "Sakit apa pak?" tanya si bijak. Kemudian, ayah menceritakan tentang segala kekhawatiran akan nasib kedua anaknya.

Mendengar cerita ayah, si bijak lalu memberi nasehat: "Kalau begitu, bapak perlu mengubah cara pandang bapak. Saat musim dingin, coba pikirkan betapa banyak pembeli yang menyerbu warung sekoteng putra bapak yang berjualan sekoteng. Lalu saat cuaca menyengat, cobalah untuk membayangkan bergelas-gelas es kelapa muda yang dijual putra bapak yang satunya lagi, habis terjual!"

Semenjak itu, sang ayah berusaha membalik pola berpikirnya menurut nasehat si bijak. Hasilnya, kondisi ayah mulai membaik. Bahkan kini, dialah yang sering datang ke kota, mengunjungi kedua anaknya. Tentu saja, sambil membawa 'semangat' untuk anak-anakny a. Sehingga, kedua anaknya makin giat berdagang dan usaha mereka pun semakin maju.

"Keindahan selalu muncul saat manusia berpikir positif" Semoga keindahan itu dapat dibagi dengan orang lain. Amiin.



NB, terkadang kita membebani diri dengan pola pikir yang tdk sehat. yakni melihat masalah dari segi negatif tanpa kita sadari. Dengan berpikir positif maka beban akan jauh lebih ringan dan kita akan lebih tenang dan damai. Tenang dan damai pada akhirnya akan membawa kita memandang hidup menjadi lebih indah dan bahagia.

Jangan tenggelam dalam suatu masalah , tetapi coba melihat masalah tsb dari permukaan dan mencari solusi. Mencari solusi akan lebih baik ketimbang tenggelam dalam masalah tsb.


Kunci keluar dari suatu masalah terkadang terletak bagaimana kita melihat masalah tersebut.

Berubah - Berbuah - Berlipat Ganda . . .

Berubah ,
di awali dengan berani dan sadar melakukan perubahan ....
melepas semua masa gelap dan kegagalan di masa lalu .....
memulai lembaran - lembaran baru .....

Berbuah ,
dengan lembaran baru , sekira nya kita akan lebih mudah melihat dan membangun hal baru yang positif dan lebih baek ...

Berlipat ganda ,
Dengan usaha dan kerja keras , maka hasil yang akan kita raih akan berlipat ganda ...

Rahasia 90/10 . . .

Apa Rahasia 90/10?
Written by Joe E. Lewis

10% kehidupan dibuat oleh hal-hal yang terjadi setiap hari di luar kendali kita.
90% kehidupan ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi/memberi respon.

Apa artinya.. ?
Kita sungguh-sungguh tidak dapat mengontrol 10% kejadian yang menimpa
kita.
Kita tidak dapat mencegah kerusakan mobil, keterlambatan pesawat yang akan
mengacaukan seluruh jadwal kita pada hari itu.

Kita tidak punya kontrol atas hal yang 10% ini.

Sedangkan yang 90% lagi berbeda. Kita menentukan yang 90%. Bagaimana?
Dengan reaksi kita. Kita tidak dapat mengontrol lampu merah, tapi dapat
mengontrol emosi kita.
Jangan biarkan situasi yang buruk mempermainkan kita, karena kita dapat
mengendalikan keadaan sesuai dengan reaksi kita.

Mari lihat sebuah contoh!
Engkau sedang sarapan bersama keluarga. Anak perempuanmu menumpahkan
secangkir kopi ke seragam kerjamu. Nah, engkau tidak dapat mengendalikan
apa yang telah terjadi itu.

Apa yang terjadi kemudian akan ditentukan oleh bagaimana engkau bereaksi.
Engkau mengumpat dengan kasar memarahi anakmu yang menumpahkan kopi.
Dia menangis. Setelah itu, engkau melihat ke istrimu, mengkritiknya karena
telah menaruh cangkir kopi terlalu dekat dengan tepi meja.
Pertempuran kata-kata singkat menyusul.
Engkau naik pitam dan kemudian pergi mengganti kemeja.
Setelah itu engkau kembali dan melihat anak perempuanmu sedang
menghabiskan
sarapan sambil menangis dan siap berangkat ke sekolah. Dia ketinggalan bis
sekolah.
Istrimu harus segera berangkat kerja. Engkau segera menuju mobil dan
mengantar anakmu ke sekolah. Karena terlambat, engkau mengendarai mobil
melewati batas kecepatan maksimum, sehingga distop oleh polisi.
Setelah tertunda 15 menit karena harus membayar tilang, engkau tiba di
sekolah.
Anakmu berlari masuk. Engkau melanjutkan perjalanan dan akhirnya tiba di
kantor terlambat 20 menit, dan engkau pun dibentak atasanmu di depan semua
orang.

Setelah itu engkau baru sadar bahwa tas kerjamu tertinggal, padahal semua
bahan presentasi rapatmu ada di dalamnya, dan engkau sudah mengerjakan
semalaman.
Harimu tampak begitu buruk. Engkau ingin segera pulang. Ketika engkau
pulang, engkau menemukan ada kekacauan dalam hubungan dengan istri dan
anakmu.
Kenapa harimu buruk? Apakah:

a) Karena secangkir kopi tumpah?
b) Karena kecerobohan anakmu?
c) Karena polisi yang menilang?
d) Atau karena dirimu sendiri?

Jawabannya adalah : ^D^
Karena reaksimu pagi tadi.
Engkau tidak dapat mengendalikan tumpahnya kopi itu. Bagaimana reaksimu
dalam
10 detik setelah kejadian itu yang menyebabkan harimu menjadi bertambah
buruk.

Mungkin saja ini yang mungkin terjadi jika engkau bereaksi dengan cara
yang berbeda.

Kopi tumpah di kemejamu. Anakmu sudah siap menangis. Tapi engkau dengan
lembut
berkata padanya, "Tidak apa-apa sayang, tapi kamu mesti lebih hati-hati
lain kali."

Engkau pergi mengganti kemejamu dan dan tidak lupa mengambil tas kerjamu.
Engkau kembali makan dan melihat anakmu sedang naik ke dalam bus sekolah.
Istrimu menciummu sebelum engkau berangkat kerja, .. cup .. cup .. muah ..

Engkau tiba di kantor 5 menit lebih awal, dan dengan riang menyalami
rekanmu.
Atasanmu berkomentar tentang bagaimana bagusnya presentasimu pada hari
itu.

Keduanya dimulai dari hal yang sama, tapi berakhir dengan hasil yang
berbeda.
Kenapa..? Karena respon kita.

Memang kita tidak dapat mengontrol 10% hal yang terjadi.
Namun sisa yang 90% lagi akan ditentukan oleh reaksi kita.

Be optimized .. Be positive ..

Kebenaran yang dibungkus lebih indah ...

Suatu hari Kebenaran pergi berjalan - jalan dengan bertelanjang diri, selayaknya bayi yang baru dilahirkan.

Namun apa yang terjadi?

Orang yang melihatnya malah berbalik lari menghindari.
Tak seorang pun mau mengajaknya mampir ke rumah mereka.

Kebenaran merasa sedih dengan apa yang terjadi. Ia lalu menemui Ibarat.
Ibarat senantiasa mengenakan pakaian yang indah penuh warna-warni.
Ketika melihat Kebenaran, Ibarat berkata, "Katakan, apa yang membuatmu sedih sobat?" Dengan getir, Kebenaran menjawab, "Saya sedih. Sangat sedih.
Usiaku sudah sangat tua, namun tak seorang pun mau mengenaliku, bahkan menyapaku. Tak seorang pun mau menerimaku."

Mendengarkan hal ini, Ibarat membalas, "Orang-orang itu menghindarimu bukan karena kau tua. Bukankah aku juga tua sebagaimana engkau. Namun, semakin tua usiaku, semakin banyak orang yang menyukaiku.

Mari, aku sampaikan satu rahasia: Setiap orang menyukai hal-hal yang sedikit samar-samar dan cantik. Mari, aku pinjami kau pakaian indahku ini, maka akan kau lihat orang-orang yang menyingkirkanmu tadi akan mengajakmu ke rumah mereka, dan senang dengan kehadiranmu."

Lalu, Kebenaran mengikuti saran dari Ibarat. Ia mengenakan pakaian indah yang dipinjamnya dari Ibarat. Dan, sejak saat itu, Kebenaran dan Ibarat selalu berjalan bergandengan.


Pojok Renungan
:

Seringkali kebenaran yang disampaikan secara langsung terasa menyakitkan, menakutkan, dan tak dimengerti. Namun, kebenaran yang disampaikan di balik cerita dan kisah-kisah selalu mudah diterima tanpa harus merasa dinasehati.

Bambu . . .

Alkisah disuatu desa yang begitu
rindang, yang dipenuhi dengan perpohonan
disekitarnya, tumbuhlah sebuah pohon
mahoni yang begitu besar, menjulang
tinggi seolah-olah ingin memberitahukan
dunia betapa kuatnya dia, yang terlihat
gagah.

Tampak dia begitu memancarkan pesona
wibawa bagi siapapun yang melihatnya.
Tak jauh dari tempat pohon mahoni itu
berada, tumbuhlah sebatang bambu yang
mendampingi pohon mahoni tersebut. Namun
apabila dilihat dari kasat mata, sungguh
suatu pemandangan yang begitu kontras,
bagaikan langit dan bumi, pohon mahoni
yang begitu gagahnya dengan ranting -
ranting besar yang menghiasinya, dan
sebatang bambu yang begitu ramping,
dengan dahan yang melengkung ke bawah.

Walaupun mereka berbeda, namun mereka
selalu hidup berdampingan, sang bambu
yang rendah hati selalu menyapa pohon
mahoni setiap harinya, mereka berbincang
dan berbincang. Pohon mahoni selalu suka
menyombongkan dirinya, betapa besar dan
hebatnya dia, sang bambu tidak pernah
jemuh untuk mendengarkan kesombongan si
pohon mahoni sambil tersenyum dia selalu
membalasnya dengan pujian dalam
ketulushatiannya.

Suatu malam hujan deras menguyur desa
tersebut disertai angin yang berhembus
dengan kencangnya. Suara gemuruh guntur
turut membuat suasana cekam malam hari
itu, banyak pohon-pohon bertumbangan,
karena tidak kuat menghadapi hembusan
angin kencang. Si pohon mahoni dan bambu
pun turut terkena terpaan angin kencang,
mereka mencoba bertahan dan berusaha
untuk tidak tumbang.

Sang pohon mahoni yang panik, berusaha
menahan angin kencang tersebut dengan
badan nya yang besar. Namun akarnya
tidak cukup kuat untuk menahan laju
angin yang begitu kencang, dan akhirnya
tumbanglah pohon mahoni tersebut.
Sang bambu yang berada disampingnya pun
terkena tiupan angin kencang, namun dia
tidak menahan deruan angin kencang, dia
hanya mengikuti kemana pun arah tiupan
anginnya, dengan fleksibelnya dia
bergemulai dengan hembusan angin, dan
akhirnya angin kencang telah berlalu,
sebatang bambu tetap tumbuh dengan
indahnya, disamping pohon mahoni yang
tumbang akibat terpaan angin kencang.

Dalam pencapaian sukses, manusia selalu
dihadapi oleh realitas masalah yang
selalu datang silih berganti. Namun
menjadi insan yang sukses harus mampu
menghadapi masalah tersebut dengan
kefleksibelan diri kita mengikuti dan
mengetahui sebenarnya masalah yang
sedang kita hadapi dan melakukan
penyelesaian dengan fleksibel.


Seperti sebatang bambu yang mengikuti
terpaan angin dengan fleksibel, begitu
juga kita harus menyikapi masalah dan
tidak kaku akan satu penyelesaian saja.
Karena apabila kita hanya monoton, dan
menggangap kita hebat tanpa berusaha
fleksibel, dengan memberikan solusi yang
sama pada suatu masalah, niscaya kita
akan tumbang seperti pohon mahoni yang
besar.

Bodhi Taruna

Berbagi penderitaan. . .

Alkisah ada seorang raja memiliki dua
pangeran kembar. Tidak diketahui dengan
pasti siapakah dari kedua pangeran itu
yang lahir terlebih dahulu. Ketika
mereka berdua tumbuh dewasa, sang raja
mencari akal bagaimana cara yang adil
agar ia bisa mewariskan mahkota
kekerajaannya.


Semua orang tahu, bahwa kedua pangeran
itu sama-sama cerdas, menyenangkan,
sehat dan kuat. Dengan pandangannya yang
tajam, sang raja mengetahui bahwa salah
satu dari keduanya memiliki karakter
yang berbeda.

Suatu hari raja memanggil mereka berdua
di balariung kerajaan. Raja berkata,
"Anak-anakku. Suatu saat nanti salah
satu dari kalian harus menggantikan
kedudukanku sebagai raja. Beban dan
tanggung jawab menjadi raja sangatlah
berat. Aku ingin mengetahui siapakah di
antara kalian yang mampu menanggung
beban itu dengan sepenuh hati.
Aku bermaksud mengirim kalian pergi jauh
keperbatasan kerajaan. Di sana salah
seorang menteriku akan membekalimu
dengan pikulan yang sama-sama berat di
pundak kalian.

Mahkota kerajaan akan aku berikan kepada
siapa yang pertama kali kembali sambil
tetap membawa pikulan itu, sebagaimana
seharusnya yang dilakukan oleh seorang
raja."

Dengan semangat persaingan yang penuh
persahabatan, kedua bersaudara itu
memulai perlombaan. Tak lama kemudian di
tengah perjalanan mereka bertemu dengan
seorang wanita tua yang sedang susah
payah memikul barang yang tampaknya
terlalu berat dibanding tubuhnya yang
lemah itu.

Salah seorang pangeran menyarankan agar
mereka berhenti dan membantu wanita itu.
Pangeran yang lain memprotes, "Bukankah
kita juga akan menerima pikulan untuk
kita sendiri. Ayo, kita lanjutkan saja
perjalanan kita." Ia lalu terburu-buru
melanjutkan perjalanan, sedangkan yang
lain menolong wanita tua itu.

Salah seorang pangeran menyarankan agar
mereka berhenti dan membantu wanita itu.
Pangeran yang lain memprotes, "Bukankah
kita juga akan menerima pikulan untuk
kita sendiri. Ayo, kita lanjutkan saja
perjalanan kita." Ia lalu terburu-buru
melanjutkan perjalanan, sedangkan yang
lain menolong wanita tua itu.

Dari hari ke hari, di sepanjang
perjalanan pangeran itu menemukan bahwa
banyak orang yang butuh pertolongan.
Seorang lelaki buta telah menyebabkan ia
menunda perjalanannya untuk beberapa
mil. Sedangkan seorang pria lumpuh telah
menghentikan langkahnya beberapa saat.

Akhirnya ia berhasil tiba ditempat yang
dimaksud dan menerima pikulannya dari
sang menteri. Kemudian ia kembali pulang
ke istana kerajaan sambil menjaga
pikulannya. Ketika ia tiba di pintu
gerbang, ia bertemu dan disambut oleh
saudara kembarnya yang berkata, "Saya
tidak mengerti. Saya katakan pada ayah
bahwa pikulan yang diberikan terlalu
berat untuk dipikul. Bukankah begitu?"

Pangeran yang baru tiba ini berkata,
"Menurutku, saat aku menolong orang lain
dengan memikul beban mereka, aku
menemukan kekuatan untuk membawa bebanku
sendiri."


Demikianlah, akhirnya pangeran ini yang
dinobatkan menjadi raja.


Berbagi penderitaan mengurangi
penderitaan, berbagi kebahagiaan
melipatgandakannya.

(Spider Robinson)

Menjadi sahabat ketiga

"Dalam hidup kita harus saling memegang
amanah, berlaku benar dan tidak mengelak
tanggung jawab."

Dua orang sahabat bak pinang dibelah
dua, tak terpisahkan! Mereka berkawan
sejak kecil dan saling menaruh percaya.
Seorang adalah pedagang, dan seorang
lain bendahara kerajaan. Namun,
pergolakan politik membuat kerajaan
pecah. Disintegrasi membuat kedua
sahabat itu terpisah di dua negeri yang
berbeda. Setelah dua tahun lewat, si
pedagang ingin mengunjungi sahabatnya.
Lalu ia pergi ke negeri seberang, tempat
sahabatnya menetap.

Ketika si pedagang tengah berjalan-jalan
di tengah kota, raja segera diberi tahu,
“Raja ada seorang mata-mata lalu-lalang
di negeri kita!” Tampak sigap, sang raja
memerintahkan menangkap si pedagang.
“Hai, kamu mata-mata, apa yang kamu cari
di negeriku?” raja mulai mengintrogasi
si pedagang. “Hamba hanya pedagang yang
ingin mengunjungi seorang sahabat di
negeri ini,” jelas si pedagang. Alasan
itu diacuhkan dan kecurigaan sang raja
jauh lebih berkuasa.

Dalam persidangan yang serba kilat,
hukuman mati dijatuhkan! Lalu di
pedagang sujud menyembah sang raja,
“Perkenankan hamba kembali ke negeri
hamba terlebih dahulu. Hamba harus
menyerahkan semua investasi hamba kepada
anak dan istri, jika tidak, mereka akan
terlantar dan hidup dalam kesengsaraan.
Setelah itu hamba akan kembali untuk
menjalani hukuman mati!” “Gila! Apa aku
ini raja bodoh? Mana ada tawanan
dilepaskan, dan mau kembali untuk
mencari mati?” sahut sang raja. “Ya
mulia, hamba punya seorang sahabat di
negeri ini, dia belahan jiwa saya. Dia
pasti mau menjadi jaminan bagi hamba!”
usul si pedagang.

Lalu menghadaplah si bendahara kerajaan
kepada raja! “Benarkah terpidana ini
karibmu?” tanya raja. “Benar, paduka.
Dan hamba bersedia menjadi jaminan
baginya. Bagi hamba ini sebuah amanah.
Bahagia rasanya melihat sahabat hamba
pergi menempuh risiko untuk mencari
hamba, dan kini hamba rela menawarkan
hidup ini untuknya!” si bendahara
mencoba meyakinkan sang raja. “Ingat!
Jika dia tidak kembali dalam waktu tiga
puluh hari, kepalamu yang aku pancung!”
tegas sang raja! Sahabat itu mengangguk
setuju. Saat akhir batas waktu yang
disepakati, raja menanti si pedagang
hingga sore hari.

Si pedagang tak kunjung datang. Segera
setelah matahari terbenam raja
memerintahkan tawanan segera dipancung!
Sementara leher si bendahara sudah di
bawah eksekusi pancungan, tiba-tiba
seseorang berteriak, “Raja, raja, hamba
datang! Jangan pancung sahabat hamba!”
Si pedagang menarik tubuh sahabatnya,
dan merebahkan dirinya di bawah kapak
pancungan! “Sekarang aku telah siap
untuk menjalani hukumanku!” katanya
seraya menatap tajam sahabatnya, “terima
kasih karena engkau mempercayaiku!”

Si bendahara tak ingin bergeser dari
pancungan! “Tidak! Aku sudah siap mati
untukmu! Engkau telah mengamanahkan
kepadaku, dan sesungguhnya jika engkau
tak ke negeri ini mencariku, tak akan
ada masalah ini, jadi...!” Perdebatan di
bawah eksekusi pancungan itu berlangsung
sengit, dan membuat raja amat terperangah.

Ia belum pernah melihat persahabatan
seperti ini. “Diam, diamlah! Kalian aku
bebaskan! Kalian tidak perlu mati.
Persahabatan kalian yang mendalam itu
adalah permata yang mahal,” seru raja,
“dan aku mohon kepada kalian, izinkan
aku menjadi sahabat ketiga kalian...”
Raja menjadi sahabat ketiga dan mereka
belajar sebuah hikmat, bahwa dalam hidup
kita harus saling memegang amanah,
berlaku benar dan tidak mengelak
tanggung jawab, termasuk dalam mengisi
persahabatan.

Kumis ...

Tersebutlah seorang pria bernama
Nasrudin. Ia bersahabat karib dengan
raja. Suatu hari dengan tergopoh-gopoh
Nasrudin berlari ke istana menjumpai
sahabatnya. Sesampainya di sana, dengan
napas tersengal-sengal ia melapor,
“Celaka Baginda ... celaka... celaka...”

“Ada apa Nasrudin, pagi-pagi kok sudah
panik? Kenapa wajahmu pias begitu,
seolah dunia mau kiamat?”

“Yah, memang dunia mau kiamat, Baginda.
Tuhan sedang murka kepada dunia, Tuhan
akan membinasakan kita semua!”

“Lho, kok berkesimpulan begitu?” tanya raja.

“Baginda, begitu bangun dari tidur, aku
merasa dunia sangat bau. Di mana-mana
tercium bau busuk. Di kamar, bau.
Kudekati istriku, bau juga. Di kamar
tamu, sama saja, semua bau. Aku keluar
rumah, ternyata sekelilingku juga bau.
Pohon-pohon bau, rumput bau, pagar bau,
tetangga bau, semua membusuk. Celaka
baginda, Tuhan mulai menghukum dunia,
semua akan kiamat!”

“Hmm … tenang Nasrudin, tenang. Tarik
nafasmu baik-baik. Minum dulu,” raja
menghibur seraya mengangsurkan segelas air.

Sesudah Nasrudin agak tenang, raja
berkata lagi, “Sekarang, pergilah ke
kamar mandi dan bersihkan dirimu. Dan
yang terpenting, bilas kumismu yang
lebat itu!”

Nasrudin pun menuju kamar mandi. Seluruh
kepala dan wajahnya dia bilas dengan
sabun wangi. Dan aneh bin ajaib, tak ada
lagi bau busuk. Dia bingung, semuanya
normal kembali. Bahkan, yang tercium
sekarang cuma semerbak wangi.

Nasrudin kembali menghadap raja,
“Baginda, ini tak masuk akal, ke mana
bau busuk tadi?”

Raja tertawa terpingkal-pingkal. “Ha ha
ha … Nasrudin ... Nasrudin ....,
sebenarnya tidak ada yang bau. Bau busuk
yang kamu cium sejak subuh tadi
sebenarnya berasal dari kumismu. Coba
ceritakan, semalam kamu tidur di mana,
tidur dengan siapa, sehingga kumismu bau
begitu?”

Terperanjat, perlahan-lahan Nasrudin
mulai ingat kejadian semalam. Ketika
hampir nyenyak, entah bagaimana asal
mulanya, anak bungsunya yang berumur
sekitar 3 tahun memegang kotorannya
sendiri, lalu memoles-moleskannya ke
kumis sang ayah. Itulah biang bau yang
membuat Nasrudin sangat panik.

Demikianlah Nasrudin kembali ke rumahnya
dan yakin bahwa dunia tidak sebusuk yang
dia bayangkan.

* * *

Dear friends, kita sering melihat dunia
ini kotor dan jorok, mencium negeri ini
busuk dan tengik, atau merasa bangsa ini
kumuh dan kacau. Mungkin itu benar, tapi
mungkin juga tidak. Bisa jadi perasaan,
penglihatan, dan penciuman semacam itu
cuma disebabkan ‘kumis’ kita cemar.

Karena itu hendaklah kita rutin
membersihkan kumis sendiri. Itu berarti
kita harus membebaskan diri, hati, dan
pikiran kita dari prasangka-prasangka
negatif, konsep-konsep yang belum tentu
benar, teori-teori yang belum terbukti,
atau kabar-kabar kabur sebelum kita
menilai dan menghakimi sesama, orang
lain, dan dunia ini.

Jembatan Kasih . . .

Alkisah ada dua orang kakak-beradik yang
hidup di sebuah desa. Entah karena apa
mereka jatuh ke dalam suatu pertengkaran
serius. Dan ini adalah pertama kalinya
mereka bertengkar sedemikian hebat.
Padahal selama 40 tahun mereka hidup
rukun berdampingan, saling meminjamkan
peralatan pertanian dan bahu-membahu
dalam usaha perdagangan tanpa mengalami
hambatan. Namun kerja-sama yang akrab
itu kini retak. Dimulai dari
kesalah-pahaman yang sepele saja.
Kemudian berubah menjadi perbedaan
pendapat yang besar. Dan akhirnya
meledak dalam bentuk caci-maki. Beberapa
minggu sudah berlalu, mereka saling
berdiam diri tak bertegur-sapa.

Suatu pagi, seseorang mengetuk rumah
sang kakak. Di depan pintu berdiri
seorang pria membawa kotak perkakas
tukang kayu. "Maaf Tuan, sebenarnya saya
sedang mencari pekerjaan", kata pria itu
dengan ramah. "Barangkali Tuan berkenan
memberikan beberapa pekerjaan untuk saya
selesaikan."

"Oh ya!" jawab sang kakak. "Saya punya
sebuah pekerjaan untukmu. Kau lihat
ladang pertanian di seberang sungai
sana. Itu adalah rumah tetanggaku,.
..... ah sebetulnya ia adalah adikku.
Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan
buldozer lalu mengalirkan airnya ke
tengah padang rumput itu sehingga
menjadi sungai yang memisahkan tanah
kami. Hmm, barangkali ia melakukan itu
untuk mengejekku, tapi aku akan
membalasnya lebih setimpal. Di situ ada
gundukan kayu. Aku ingin kau membuat
pagar setinggi 10 meter untukku sehingga
aku tidak perlu lagi melihat rumahnya.
Pokoknya, aku ingin melupakannya. "

Kata tukang kayu, "Saya mengerti.
Belikan saya paku dan peralatan. Akan
saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat
Tuan merasa senang."

Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk
berbelanja berbagai kebutuhan dan
menyiapkannya untuk si tukang kayu.
Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu
bekerja sendirian. Sepanjang hari tukang
kayu bekerja keras, mengukur,
menggergaji dan memaku.

Di sore hari, ketika sang kakak petani
itu kembali, tukang kayu itu baru saja
menyelesaikan pekerjaannya. Betapa
terbelalaknya ia begitu melihat hasil
pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali
tidak ada pagar kayu sebagaimana yang
dimintanya. Namun, yang ada adalah
jembatan melintasi sungai yang
menghubungkan ladang pertaniannya dengan
ladang pertanian adiknya. Jembatan itu
begitu indah dengan undak-undakan yang
tertata rapi. Dari seberang sana,
terlihat sang adik bergegas berjalan
menaiki jembatan itu dengan kedua
tangannya terbuka lebar.

"Kakakku, kau sungguh baik hati mau
membuatkan jembatan ini. Padahal sikap
dan ucapanku telah menyakiti hatimu.
Maafkan aku", kata sang adik pada kakaknya.

Dua bersaudara itupun bertemu di
tengah-tengah jembatan, saling berjabat
tangan dan berpelukan. Melihat itu,
tukang kayu pun membenahi perkakasnya
dan bersiap-siap untuk pergi.

"Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah
beberapa hari lagi. Kami mempunyai
banyak pekerjaan untukmu," pinta sang kakak.

"Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal
di sini", kata tukang kayu, "tapi masih
banyak jembatan lain yang harus saya
selesaikan."

Doa Seorang Sahabat . . .

Sebuah kapal karam di tengah laut karena
terjangan badai dan ombak hebat. Hanya
dua orang lelaki yang bisa menyelamatkan
diri dan berenang ke sebuah pulau kecil
yang gersang.
Dua orang yang selamat itu tak tahu apa
yang harus dilakukan. Namun, mereka
berdua yakin bahwa tidak ada yang dapat
dilakukan kecuali berdoa kepada Tuhan.
Untuk mengetahui doa siapakah yang
paling dikabulkan, mereka sepakat untuk
membagi pulau kecil itu menjadi dua
wilayah. Dan mereka tinggal
sendiri-sendiri berseberangan di
sisi-sisi pulau tersebut.

Doa pertama yang mereka panjatkan.
Mereka memohon agar diturunkan makanan.
Esok harinya, lelaki ke satu melihat
sebuah pohon penuh dengan buah-buahan
tumbuh di sisi tempat tinggalnya.
Sedangkan di daerah tempat tinggal
lelaki yang lainnya tetap kosong.

Seminggu kemudian, lelaki yang ke satu
merasa kesepian dan memutuskan untuk
berdoa agar diberikan seorang istri.
Keesokan harinya, ada kapal yang karam
dan satu-satunya penumpang yang selamat
adalah seorang wanita yang berenang dan
terdampar di sisi tempat lelaki ke satu
itu tinggal. Sedangkan di sisi tempat
tinggal lelaki ke dua tetap saja tidak
ada apa-apanya.

Segera saja, lelaki ke satu ini berdoa
memohon rumah, pakaian, dan makanan.
Keesokan harinya, seperti keajaiban
saja, semua yang diminta hadir untuknya.
Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja
tidak mendapatkan apa-apa.

Akhirnya, lelaki ke satu ini berdoa
meminta kapal agar ia dan istrinya dapat
meninggalkan pulau itu. Pagi harinya
mereka menemukan sebuah kapal tertambat
di sisi pantainya. Segera saja lelaki ke
satu dan istrinya naik ke atas kapal dan
siap-siap untuk berlayar meninggalkan
pulau itu. Ia pun memutuskan untuk
meninggalkan lelaki ke dua yang tinggal
di sisi lain pulau. Menurutnya, memang
lelaki kedua itu tidak pantas menerima
pemberian Tuhan karena doa-doanya tak
terkabulkan. Begitu kapal siap
berangkat, lelaki ke satu ini mendengar
suara dari langit menggema, "Hai,
mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang
ada di sisi lain pulau ini?"

"Berkahku hanyalah milikku sendiri,
karena hanya doakulah yang dikabulkan,"
jawab lelaki ke satu ini. "Doa lelaki
temanku itu tak satupun dikabulkan.
Maka, ia tak pantas mendapatkan apa-apa."

"Kau salah!" suara itu membentak
membahana. "Tahukah kau bahwa rekanmu
itu hanya memiliki satu doa. Dan, semua
doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau
takkan mendapatkan apa-apa."

"Katakan padaku," tanya lelaki ke satu
itu. "Doa macam apa yang ia panjatkan
sehingga aku harus merasa berhutang atas
semua ini padanya?" "Ia berdoa agar
semua doamu dikabulkan!"

Kesombongan macam apakah yang membuat
kita menganggap bahwa hanya harapan dan
doa-doa kita yang terkabulkan? Betapa
banyak orang yang tidak mengorbankan
sesuatu demi keberhasilan kita. Tak
selayaknya kita mengabaikan peran orang
lain.