Selalu Ada Harapan

Ketidakbahagiaan terletak dalam tidak mengetahui apa yang kita inginkan dan membunuh diri kita sendiri untuk mendapatkannya.
Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari? (Pengkhotbah 1:3)

Ia telah dikeluarkan dari perguruan tinggi dan upaya-upaya bisnisnya telah gagal. Kini, saat ia berdiri di tepi Danau Michigan di tengah sapuan angin pada suatu malam muslm dingin, pria berusia 32 tahun itu melihat langit di atas untuk terakhir kalinya seraya bersiap untuk melemparkan diri ke dalam air yang membekukan.

Itu adalah saat yang mencekam. la merasakan semburan ketakjuban saat ia melihat Langit berbintang dan pikiran ini membakar benaknya, kamu tidak berhak menghabisi dirimu sendiri. Kamu bukanlah milikmu. R. Buckminster Fuller berjalan meninggalkan danau itu dan memulai kembali dari awal.

Sejak itu, ia memulai suatu perjalanan yang membawanya ke karir-karir sebagai sebagai seorang penemu, insinyur, matematikawan, arsitek, penyair, dan kosmolog. la akhirnya memenangkan lusinan gelar kehormatan dan sebuah nominasi Hadiah Nobel. Fuller menulis dua lusin buku, berkeliling dunia 57 kali, dan memberitahukan impian-impiannya untuk masa depan kepada jutaan orang.

Penemu kubah geodesik ini jarang mengulangi pemunculannya dalam kuliah-kuliah yang kadang-kadang berlangsung tiga sampai empat jam mengenai topik-topik dari pendidikan sampai asal-usul kehidupan.

Hari ketika Buckminster Fuller berjumpa dengan harapan adalah hari ketika ia mulai menemukan makna hidupnya. Selalu ada alasan untuk berharap. Harapan memberi kita kekuatan untuk meninggalkan kegagalan dan bergerak maju menuju keberhasilan.

Sumber: Kisah-kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin.

No comments:

Bacaan Lain :