Burung Pipit . . .

Ketika musim kemarau baru saja mulai,
seekor Burung Pipit mulai merasakan
tubuhnya kepanasan, lalu mengumpat pada
lingkungan yang dituduhnya tidak
bersahabat.Dia lalu memutuskan untuk
meninggalkan tempat yang sejak dahulu
menjadi habitatnya, terbang jauh ke
utara yang konon kabarnya, udaranya
selalu dingin dan sejuk.

Benar, pelan pelan dia merasakan
kesejukan udara, makin ke utara makin
sejuk, dia semakin bersemangat memacu
terbangnya lebih ke utara lagi.Terbawa
oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya
yang mulai tertempel salju, makin lama
makin tebal, dan akhirnya dia jatuh ke
tanah karena tubuhnya terbungkus salju.

Sampai ke tanah, salju yang menempel di
sayapnya justru bertambah tebal.Si
Burung pipit tak mampu berbuat apa apa,
menyangka bahwa riwayatnya telah tamat.
Dia merintih menyesali nasibnya.

Mendengar suara rintihan, seekor Kerbau
yang kebetulan lewat datang
menghampirinya. Namun si Burung kecewa
mengapa yang datang hanya seekor Kerbau,
dia menghardik si Kerbau agar menjauh
dan mengatakan bahwa makhluk yang tolol
tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk
menolongnya. Si Kerbau tidak banyak
bicara, dia hanya berdiri, kemudian
kencing tepat diatas burung tersebut. Si
Burung Pipit semakin marah dan memaki
maki si Kerbau. Lagi-lagi Si Kerbau
tidak bicara, dia maju satu langkah
lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas
tubuh si burung.

Seketika itu si Burung tidak dapat
bicara karena tertimbun kotoran kerbau.
Si Burung mengira lagi bahwa dia pasti
akan mati tak bisa bernapas.Namun
perlahan lahan, dia merasakan
kehangatan, salju yang membeku pada
bulunya pelan pelan meleleh oleh
hangatnya tahi kerbau, dia dapat
bernapas lega dan melihat kembali langit
yang cerah. Si Burung Pipit berteriak
kegirangan, bernyanyi keras sepuas
puasnya-nya.

Mendengar ada suara burung bernyanyi,
seekor anak kucing menghampiri sumber
suara, mengulurkan tangannya, mengais
tubuh si burung dan kemudian menimang
nimang, menjilati, mengelus dan
membersihkan sisa-sisa salju yang masih
menempel pada bulu si burung. Begitu
bulunya bersih, Si Burung bernyanyi dan
menari kegirangan, dia mengira telah
mendapatkan teman yang ramah dan baik hati.

Namun apa yang terjadi kemudian,
seketika itu juga dunia terasa gelap
gulita bagi si Burung, dan tamatlah
riwayat si Burung Pipit ditelan oleh si
Kucing.

Dari kisah ini, banyak pesan moral yang
dapat dipakai sebagai pelajaran:

1. Halaman tetangga selalu tampak lebih
hijau,dari halaman kita sediri, namun
Halaman tetangga yang nampak lebih
hijau, belum tentu cocok buat kita.

2. Janganlah penampilan dipakai sebagai
satu satunya ukuran.

3. Apa yang pada mulanya terasa pahit
dan tidak enak, kadang kadang bisa
berbalik membawa hikmah yang
menyenangkan, dan demikian pula sebaliknya.

4. Ketika kita baru saja mendapatkan
kenikmatan, jangan lupa dan jangan
terburu nafsu, agar tidak kebablasan.

5. Waspadalah terhadap Orang yang
memberikan janji yang berlebihan.

No comments: