Rencana Tuhan . . .

Alkisah jaman dahulu kala ada seorang
petani miskin yang hidup dengan seorang
putera nya. Mereka hanya memiliki seekor
kuda kurus yang sehari-hari membantu
mereka menggarap ladang mereka yang
tidak seberapa. Pada suatu hari, kuda
pak tani satu2 nya tersebut menghilang,
lari begitu saja dari kandang menuju hutan.

Orang-orang di kampung yang mendengar
berita itu
berkata: "Wahai Pak tani, sungguh malang
nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau
beruntung? Aku tidak tahu …"

Keesokan hari nya, ternyata kuda pak
Tani kembali ke kandangnya, dengan
membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera
ladang pak Tani yang tidak seberapa luas
dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang
gagah perkasa. Orang2 dari kampung
berbondong datang dan segera mengerumuni
"koleksi" kuda2 yang berharga mahal
tersebut dengan kagum. Pedagang2 kuda
segera menawar kuda2 tersebut dengan
harga tinggi, untuk dijinakkan dan
dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam
jumlah banyak, dan hanya menyisakan 1
kuda liar untuk berkebun membantu kuda
tua nya.

Orang-orang di kampung yang melihat
peristiwa itu
berkata: "Wahai Pak tani, sungguh
beruntung nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau
beruntung? Aku tidak tahu …"

Keesokan hari nya, anak pak Tani pun
dengan penuh semangat berusaha
menjinakan kuda baru nya. Namun,
ternyata kuda tersebut terlalu kuat,
sehingga pemuda itu jatuh dan patah kaki
nya.

Orang-orang di kampung yang melihat
peristiwa itu
berkata: "Wahai Pak tani, sungguh malang
nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau
beruntung? Aku tidak tahu …"

Pemuda itupun terbaring dengan kaki
terbalut untuk menyembuhkan patah kaki
nya. Perlu waktu lama hingga tulang nya
yang patah akan baik kembali. Keesokan
hari nya, datanglah Panglima Perang Raja
ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh
pemuda untuk bergabung menjadi pasukan
raja untuk bertempur melawan musuh di
tempat yang jauh. Seluruh pemuda pun
wajib bergabung, kecuali yang sakit dan
cacat. Anak pak Tani pun tidak harus
berperang karena dia cacat.

Orang-orang di kampung berurai air mata
melepas putra-putra nya bertempur, dan
berkata: "Wahai Pak tani, sungguh
beruntung nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau
beruntung? Aku tidak tahu …"

Kisah di atas, mengungkapkan suatu sikap
yang sering disebut: non-judgement.
Sebagai manusia, kita memiliki
keterbatasan untuk memahami rangkaian
kejadian yang diskenariokan Sang Maha
Sutradara. Apa2 yang kita sebut hari ini
sebagai "kesialan", barangkali di masa
depan baru ketahuan adalah jalan menuju
"keberuntungan". Maka orang2 seperti Pak
Tani di atas, berhenti untuk
"menghakimi" kejadian dengan label2
"beruntung", "sial", dan sebagainya.

Karena, siapalah kita ini menghakimi
kejadian yang kita sunguh tidak tahu
bagaimana hasil akhirnya nanti. Seorang
karyawan yang dipecat perusahaan nya,
bisa jadi bukan suatu "kesialan",
manakala ternyata status job-less nya
telah memecut dan membuka jalan bagi
diri nya untuk menjadi boss besar di
perusahaan lain. Maka berhentilah
menghakimi apa yang terjadi hari ini,
kejadian –kejadian PHK , Paket Hengkang
, Mutasi tugas dan apapun namanya itu. .
. . karena .. sungguh kita tidak tahu
apa yang terjadi kemudian dibalik
peristiwa itu (di).

" Hadapi badai kehidupan sebesar apapun
, Tuhan tahu kemampuan kita.
Kapal hebat diciptakan bukan hanya untuk
disandarkan di dermaga saja ".

No comments: