Menghukum Tanpa Kekerasan

Alkisah di negeri tiongkok kuno,
tinggallah seorang ayah yang sangat
bijaksana, beserta anak lelakinya
disuatu desa yang damai. Sang ayah
sangat menyayangi anak lelaki, namun
dalam mendidik anaknya sang ayah tidak
pernah memarahinya ataupun menggunakan
kekerasan.

Pada suatu hari, sang ayah mengajak sang
anak ke kota untuk membeli kuda. Mereka
pun menumpang kereta kuda dari desa ke
kota, karena jarak antar desa ke kota
sangat jauh, tanpa merasa lelah, dan
sang anak sangat senang karena baru kali
ini lah dia menuju ke kota.

Sesampainya di kota, sang anak yang
begitu gembira terus melihat sekeliling
kota, dia menoleh ke kiri dan ke kanan,
dan tanpa disadari, dia melihat ada
pertunjukkan drama di tengah kota, dan
timbullah niat untuk menonton
pertunjukkan tersebut. Dia pun
memisahkan diri dari ayahnya yang
berjalan didepannya menuju ke pasar kota.

Hari sudah semakin siang, sang ayah
terlihat panik mencari sang anak kesana
kemari, setelah mengetahui anaknya tidak
ada dibelakangnya. Dia begitu gelisah,
semua liku pasar di kota tersebut pun di
laluinya demi mencari anak kesayangannya
itu. Akhirnya, dalam kebingungannya, dia
duduk disebuah taman kota didekat pasar,
dengan pandangan kosong. Tanpa
disadarinya sang anak yang telah
menonton pertunjukkan drama pun
menghampiri ayahnya. Melihat anaknya
datang sang ayah begitu gembira dan
berkata :

"Darimana kamu dari tadi nak, ayah
menelusuri seluruh pasar ini tapi tidak
menemuhi mu"
"Saya mengikuti ayah dari belakang,
namun karena ayah begitu cepat jalannya,
saya pun tertinggal dan tersesat ayah"
Kata anaknya berbohong

Sang ayah yang mengetahui anaknya
bohong, pun tersenyum dan berkata :
"Baiklah, aku sebagai ayah tidak mampu
menjaga mu, bahkan sampai kamu tersesat,
mari kita pulang ke rumah, hari sudah
semakin sore. Kamu naikilah kuda yang
baru ayah beli, ayah akan berjalan kaki
untuk merenungi kesalahan ayah"

Sang anak yang begitu terkejut mendengar
jawab sang ayah, bermaksud ingin bicara,
namun ayahnya telah berjalan kedepan
menuju ke rumahnya didesa. Dalam
penyesalannya sang anak melihat sang
ayah yang berjalan penuh peluh di
mukanya, terus berjalan menuju kedesa,
untuk menemani ayah, sang anak
memperlambat laju kuda yang dikendarainya.

Berjam-jam sang ayah berjalan menuju ke
desa, dan dengan penuh isak tanggis sang
anak pun turun dari kuda, dan menuntun
ayahnya untuk menaikki kuda, sambil berkata:
"Saya tahu saya salah, saya telah
berbohong, tolong jangan siksa diri ayah
lagi, naik lah ke atas kuda ayah"

Ayah tersenyum sambil memeluk anak
kesayangannya itu.

~Kekerasan tidak bisa dihadapin dengan
kekerasan, namun kekerasaan harus
dihadapin dengan kelembutan, pepatah
yang sangat menarik, mencerminkan
pribadi sang ayah dalam cerita diatas,
dalam mendidik anak dipenuhi oleh kasih
sayang, mendidik tanpa kekerasan,
sungguh suatu kebijakkan yang patuh kita
contoh. Andai saja kita mampu menirunya,
tentu dunia ini akan dipenuhi kebahagiaan~

Salam Sukses,

Bodhi Taruna

No comments: