SIASAT KELELAWAR

"Integritas merupakan kekayaan yang bisa
dipakai untuk mengatasi kesulitan hidup
ini."

Perang meletus di planet ini! Bukan
perang Baratayuda! Bukan pula perang
Teluk! Perang itu terjadi antara bangsa
burung melawan bangsa binatang buas.
Saat pertempuran fajar hari itu,
burung-burung nyaris kalah. Lalu
kelelawar melihat gelagat bahwa mereka
akan kalah total. Ia menjauh dan
bersembunyi di balik pohon, dan berdiam
diri hingga pertempuran itu berakhir.


Lalu binatang-binatang buas meninggalkan
medan pertempuran, dan kelelawar ikut
bergabung bersama mereka! Setelah
beberapa saat para binatang buas itu
saling bertanya, “Lho, bukankah
kelelawar itu termasuk burung yang
bertempur melawan kita?”

Percakapan itu didengar kelelawar, ia
pun berkata, “Oh, tidak. Aku termasuk
bangsa kalian. Aku bukan bangsa burung.
Apa kalian pernah melihat burung bergigi
ganda? Kalian bisa periksa mulut
burung-burung itu, pasti tidak ada yang
bergigi ganda. Kalau kalian bisa
menemukan seekor burung saja yang
bergigi ganda, maka aku boleh kalian
tuduh sebagai burung. Tapi, kalau tidak,
itu artinya aku adalah sebangsa dengan
kalian, binatang buas!”

Binatang-binatang buas terdiam.
Dibiarkanlah kelelawar hidup di
perkampungan mereka. Perang sempat jeda,
sampai akhirnya tiba-tiba bangsa burung
menyerbu perkampungan binatang buas.
Binatang-binatang buas itu kalang kabut.
Pertempuran itu berlangsung tak lama.
Kelelawar hanya menyaksikan pertempuran
itu dari balik ranting-ranting pohon.
Berakhirlah perang itu dengan kemenangan
bangsa burung! Dan, kelelawar ikut
pulang ke perkampungan bangsa burung.
Saat para burung melihatnya, mereka
menegur kelelawar, “Hai, kamu itu musuh
kami. Kami melihat engkau bersama
binatang buas itu dan ikut melawan kami!”

“Tidak, kalian salah lihat!” kelelawar
mengelak. “Aku ini bangsa kalian. Apa
kalian buta dengan mengatakan aku
sebagai binatang buas? Apakah kalian
pernah melihat seekor binatang buas
memiliki sayap? Temukan seekor yang
bersayap, baru kalian bisa tuduh aku si
binatang buas!” gertak kelelawar.
Burung-burung tak lagi berkicau, mereka
diam dan membiarkan kelelawar membuat
sarangnya berdampingan dengan mereka.

Tak ada perang yang tak berakhir!
Pepatah itu ternyata berlaku untuk kedua
bangsa binatang itu. Mereka berdamai dan
sepakat mendirikan Persatuan Bangsa
Binatang. Dalam sidang perdana PBB itu,
mereka gunakan untuk membahas kelelawar.
Setelah sekian banyak prajurit
memberikan kesaksian, maka pimpinan
sidang PBB berkesimpulan: “Jadi,
kelelawar itu selalu berpindah-pindah
pihak selama peperangan berlangsung?
Siasat kelelawar itu benar-benar
menunjukkan bahwa dia itu cacat moral,
tercela sebagai binatang. Kelelawar
tidak memiliki integritas!”

Sidang PBB pun menjatuhkan vonis kepada
kelelawar, “Hai, kelelawar, kami akan
kenakan sanksi embargo kepadamu! Mulai
sekarang kamu hanya boleh terbang pada
malam hari. Kamu tidak akan pernah
mempunyai teman, baik mereka yang
terbang maupun yang berjalan!”

Kelelawar pun tertunduk lesu meratapi
nasibnya. Ia tidak pernah menyadari
bahwa integritas itu merupakan kekayaan
yang bisa dipakai untuk mengatasi
kesulitan hidup ini.

No comments: